Selfie?
Saya suka banget...
Sering malah....
Geser sedikit selfie, ketemu temen selfie, datang ke tempat baru selfie.
Bahkan setiap pagi, ketika kesehatan dan cuaca memungkinkan, saya selalu selfie dengan abang Bo saat mengantarkannya ke sekolah.
Buat saya, selfie, wefie, dan apapun itu namanya, adalah satu bentuk ekspresi diri yang paling fun. Walaupun seringkali lebay karena sedikit-sedikit selfie, tapi ada kebahagiaan sendiri yang dirasakan ketika melihat hasilnya :).
Dan salah satu selfie terakhir yang saya ambil mengingatkan saya akan anugerah terindah yang diberikan Allah SWT kepada saya. Tuhan Yang Maha Baik memberikan saya cinta tak terbatas dari seorang suami yang setia dan sabar. Unconditional love dari sosok sederhana yang menemani saya sejak awal menapaki kehidupan dengan lebih 'serius'. Ayah dari anak-anakku :).
Foto selfie ini diambil beberapa menit sebelum saya diusher atau diantar ke ruang operasi.
Beberapa saat sebelum saya kembali merasakan dinginnya meja operasi dan menikmati 'happy juice' yang langsung membuatku kehilangan kesadaran and not knowing what happen in the next three hours.
Foto diambil di ruang pre-op yang berukuran 2 x 2 meter dengan dinding polos, tempat saya berganti baju dan bersiap-siap. Nothing fancy here, kecuali doa dan harapan buat saya, dan juga keluarga, menjalani rangkaian pengobatan ini.
Rangkaian prosedur yang harus saya jalani sejak terdeteksi mengidap kanker payudara bulan Juli 2014 memang banyak. Mulai dari masektomi (yang diawali dengan mamogram, USG, dan biopsi serte pre-op procedures lainnya seperti MRI, PET CT, dan CT-Scan), 16 rounds of chemotherapy, dan breast reconstruction, hingga nanti radiasi dan pengobatan hormon.
Operasi terakhir yang saya jalani adalah rekonstruksi payudara, untuk memperbaiki sisa masektomi di mana semua jaringan payudara hingga ke tulang dada diangkat. Hehehehe...ngebayanginnya aja udah ngilu ya, apalagi menjalaninya. Meskipun prosedur yang saya jalani ini jauh lebih sederhana dibandingkan mastektomi sebelumnya, tapi tetap saja saya ndredeg menjalaninya, because anything can happen. Dan ketika saya sudah ikhlas, tetap saja terbersit rasa takut jika saya tidak bangun pasca operasi. Tidak lagi bertemu orang-orang tercinta saya :(.
Cengeng? mungkin..
Lebay? bisa jadi...
But that's exactly how I felt at that time..
Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang lemah ini...
Tapi alhamdulillah, saya selalu diberi suntikan semangat dari banyak pihak, terutama keluarga, teman dan rekan kerja.
Terutamanya lagi orang-orang tercinta saya.
Dan my munchkin, panggilan sayang buat Udi, selalu ada di sisi, bersama Bo et Obi yang kerap melihat saya dengan khawatir dan bertanya "are you okay, mommy?".
Siang itu, sebelum berjalan menuju OR, my munchkin hanya memeluk dan mencium dahi saya, seraya bilang "Jangan lupa berdoa...nanti kita ketemu lagi setelah selesai operasi."
That's it...
As simple as that...
Tapi saya tahu, di sana terselip ribuan doa, permohonan, dan keikhlasan atas skenario indah-Nya untuk saya dan harapan agar saya terus berjuang untuk sehat. Dan saat mata ini berat membuka sambil sayup-sayup mendengar suara hiruk pikuk recovery room usai operasi, kecupan lembutnya yang membuat saya sadar dan mengucap syukur alhamdulillah karena sudah diberi kekuatan menjalani prosedur kali ini. Dan masih diberi rezeki menikmati sisa hidup dengan orang-orang tercinta.
Lomba Selfie story bersama Smartfren dan blog Emak Gaoel kali ini sukses membuat saya tergugu. Karena selfie saya kali ini bukan sekedar selfie versi cengar-cengir dan hura-hura seperti selfi saya yang lain.
Tapi selfie yang mengajarkan besarnya cinta Yang Kuasa bagi umat-Nya.
Cinta bersahaja dari seorang suami yang menjadi sumber energi luar biasa untuk terus berjuang.
Terima kasih, Ya Rabb..
Untuk anugerah terindah yang Engkau percayakan padaku.
Saya suka banget...
Sering malah....
Geser sedikit selfie, ketemu temen selfie, datang ke tempat baru selfie.
Bahkan setiap pagi, ketika kesehatan dan cuaca memungkinkan, saya selalu selfie dengan abang Bo saat mengantarkannya ke sekolah.
Buat saya, selfie, wefie, dan apapun itu namanya, adalah satu bentuk ekspresi diri yang paling fun. Walaupun seringkali lebay karena sedikit-sedikit selfie, tapi ada kebahagiaan sendiri yang dirasakan ketika melihat hasilnya :).
Dan salah satu selfie terakhir yang saya ambil mengingatkan saya akan anugerah terindah yang diberikan Allah SWT kepada saya. Tuhan Yang Maha Baik memberikan saya cinta tak terbatas dari seorang suami yang setia dan sabar. Unconditional love dari sosok sederhana yang menemani saya sejak awal menapaki kehidupan dengan lebih 'serius'. Ayah dari anak-anakku :).
Foto selfie ini diambil beberapa menit sebelum saya diusher atau diantar ke ruang operasi.
Beberapa saat sebelum saya kembali merasakan dinginnya meja operasi dan menikmati 'happy juice' yang langsung membuatku kehilangan kesadaran and not knowing what happen in the next three hours.
Foto diambil di ruang pre-op yang berukuran 2 x 2 meter dengan dinding polos, tempat saya berganti baju dan bersiap-siap. Nothing fancy here, kecuali doa dan harapan buat saya, dan juga keluarga, menjalani rangkaian pengobatan ini.
with my love... |
Operasi terakhir yang saya jalani adalah rekonstruksi payudara, untuk memperbaiki sisa masektomi di mana semua jaringan payudara hingga ke tulang dada diangkat. Hehehehe...ngebayanginnya aja udah ngilu ya, apalagi menjalaninya. Meskipun prosedur yang saya jalani ini jauh lebih sederhana dibandingkan mastektomi sebelumnya, tapi tetap saja saya ndredeg menjalaninya, because anything can happen. Dan ketika saya sudah ikhlas, tetap saja terbersit rasa takut jika saya tidak bangun pasca operasi. Tidak lagi bertemu orang-orang tercinta saya :(.
Cengeng? mungkin..
Lebay? bisa jadi...
But that's exactly how I felt at that time..
Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang lemah ini...
Tapi alhamdulillah, saya selalu diberi suntikan semangat dari banyak pihak, terutama keluarga, teman dan rekan kerja.
Terutamanya lagi orang-orang tercinta saya.
Dan my munchkin, panggilan sayang buat Udi, selalu ada di sisi, bersama Bo et Obi yang kerap melihat saya dengan khawatir dan bertanya "are you okay, mommy?".
Siang itu, sebelum berjalan menuju OR, my munchkin hanya memeluk dan mencium dahi saya, seraya bilang "Jangan lupa berdoa...nanti kita ketemu lagi setelah selesai operasi."
That's it...
As simple as that...
Tapi saya tahu, di sana terselip ribuan doa, permohonan, dan keikhlasan atas skenario indah-Nya untuk saya dan harapan agar saya terus berjuang untuk sehat. Dan saat mata ini berat membuka sambil sayup-sayup mendengar suara hiruk pikuk recovery room usai operasi, kecupan lembutnya yang membuat saya sadar dan mengucap syukur alhamdulillah karena sudah diberi kekuatan menjalani prosedur kali ini. Dan masih diberi rezeki menikmati sisa hidup dengan orang-orang tercinta.
Lomba Selfie story bersama Smartfren dan blog Emak Gaoel kali ini sukses membuat saya tergugu. Karena selfie saya kali ini bukan sekedar selfie versi cengar-cengir dan hura-hura seperti selfi saya yang lain.
Tapi selfie yang mengajarkan besarnya cinta Yang Kuasa bagi umat-Nya.
Cinta bersahaja dari seorang suami yang menjadi sumber energi luar biasa untuk terus berjuang.
Terima kasih, Ya Rabb..
Untuk anugerah terindah yang Engkau percayakan padaku.
For my one and only munchkin..
Stay...
and the night would be enough...
New York, March, 2014