Hari kemenangan telah tiba.
The Victorious Day has arrived!
Eid Mubarak :)
Meski diiringi dengan kesedihan berakhirnya bulan Ramadhan yang lebih baik dari seribu bulan, tapi Idul Fitri, Eid al-Fitr, sudah selayaknya disambut dengan penuh suka cita.
Sebulan penuh kita mencoba 'berperang' dengan diri sendiri, melawan godaan terbesar yang datang dari hati dan pikiran. Meskipun raport kita beraneka 'warna', namun proses berharga yang kita lalui selama bulan suci semoga bisa memicu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya.
And how we're super excited preparing for the Big Day. The best idea is of course 'mimicking' the festivities we have back home. Bringing the taste of home to NYC. How we miss it.
The takbir parade, early-morning baking time, visiting the graves of your dearest family, praying together in huge open field, 'angpau' or money-in-the-envelope time, and never ending photo sessions.
Di tanah air, memang banyak ritual atau tradisi khas Ramadhan yang dilakukan selama bulan suci ini atau menjelang hari raya. Sebut saja tradisi ziarah, ngabuburit, takbir keliling, taraweh bareng, sampai sholat Eid beramai-ramai di lapangan terbuka dan berbagi amplop uang lebaran.
Just remembering it brings joy and happiness to my heart.
Eid al-fitr or lebaran day in Bahasa Indonesia is always special indeed.
So, although on the D-Day we will have an open house in my Ambassador's residence ( and I am incharge for the food department, yeaaah 😇), we still observe some lebaran traditions in our Astoria house.
First, lebaran cleaning time!
I know, I know... Whenever we have a special day coming, the house has to be tidied up first. And this time, I have the master of cleaning. My hubby!
Rudi memang paling jago beberes rumah haha. Bukannya malas, tapi saya paling pinter membuat rumah berantakan. Apalagi punya jagoan and princess yang mainannya ada di mana-mana. Siapa lagi kalau bukan Abang Bo dan Neng Obi. Yang paling sering bertebaran adalah lego, kartu pokemon, bonek dan teman-temannya serta buku. Gemeeees kadang liatnya.
Namun seperti yin et yang, jago berantakan memang jodohnya dengan ahli beberesan :). Kalau begini aku jadi inget mba Uniek Kaswarganti, salah satu konco mumetku di group WA kami tercinta hihihi. Suaminya yang metal abis mirip-mirip dengan my munchkin. Apalagi kami pun punya 2 buntut yang sudah mulai besar dan hobi mengeksplorasi tempat-tempat seru. Mba Un, sudah beberesan belum :)
Dan sepulang dari kantor serta wisma Dubes untuk persiapan sehari menjelang Lebaran, kami pulang ke rumah dengan disambut ruang tamu yang rapi jali dan wangi. Begini nih kalau Bapak sudah beraksi. Kinclong semua. Makasiiih, Bapak.
Namun seperti yin et yang, jago berantakan memang jodohnya dengan ahli beberesan :). Kalau begini aku jadi inget mba Uniek Kaswarganti, salah satu konco mumetku di group WA kami tercinta hihihi. Suaminya yang metal abis mirip-mirip dengan my munchkin. Apalagi kami pun punya 2 buntut yang sudah mulai besar dan hobi mengeksplorasi tempat-tempat seru. Mba Un, sudah beberesan belum :)
Dan sepulang dari kantor serta wisma Dubes untuk persiapan sehari menjelang Lebaran, kami pulang ke rumah dengan disambut ruang tamu yang rapi jali dan wangi. Begini nih kalau Bapak sudah beraksi. Kinclong semua. Makasiiih, Bapak.
Second, lebaran cookies time!
Lebaran without lebaran traditional cookies is incomplete. Kalau di rumah mama, paling tidak ada kue keju, nastar dan putri salju yang menggoda iman dari meja ruang tamu. Niat hati memang buat semua, apa daya waktu yang ada hanya memungkinkan kami memanggang kue paling favorit. Apalagi kalau bukan kaastengels atau kue keju.
Dibantu Bo et Obi, memanggang kue keju di tengah puasa 17 jam yang cerah ceria jadi seru dan cepat :). Mama Bo et Obi hanya tinggal mengocok mentega dan telur, lalu menyiapkan adonan. Sisanya? Sudah ada ahli mencetak kue alias Obi et ahli memanggang yang tak lain dan tak bukan adalah Abang Bo.
Alhamdulillah, kue lebaran pun punya walaupun satu macam. Cukup kan? Cukup banget.. Soalnya walaupun satu macam buatnya lebih dari 1 kilo :).
Third, lebaran food time!
Traditionally, we celebrate lebaran with ketupat, or the steamed rice cake with all its accompanying dishes.
Back home, we usually have the complete lebaran food, with a full package of rice cake or ketupat, opor ayam, rendang, sambal goreng ati and more (I will post the complete food list on the next post for sure).
But as we are about to have those delicious culinary explosion on the next day at my Ambassador's house, I have some energy and cook other close-to-our-heart delicacies like tekwan or Indonesian fish soup, lumpia, siomay and perkedel.
Ini adalah makanan khas yang mudah dijumpai di Lampung, kampung kesayangan kami. Mau jajan siomay? Ada Stadion Pahoman yang ngetop dengan jajaran jajanannya, mulai dari bakso, siomay, pempek sampai es kacang merah ( Gustiiii ... Saya kangen ;)). Jadi buat kami, meskipun makanan ini seperti jajanan hari-hari, but they remind us of home.
At home, it's not as fancy as the royal ketupat family, but it's super delicious as well.
Bon appetit!
Fouth, lebaran attire time!
Baju baru untuk lebaran? Boleh juga sih, but it's not a must. Some might relate the victory day with a new beginning, including in the form of new clothes. For us, the most important part is a brand new heart.
But again, lebaran is a super special day. Wearing something nice won't hurt so I manage to prepare our attire for the big day. And here's what we have, all chosen by each and everyone of us.
I chose to wear my special lavender embroidered long cardigan beautifully designed by Anniesa Hasibuan, combined with baby pink and blue tenun Atambua. While Udi set his heart on wearing an earthy color classic Batik shirt, Bo unmistakanly stood for traditional baju koko in maroon. Whilst Obi, as princess as can be, decided to showcase her A-line Endek Bali skirt with white top, not shown here.
Aren't we all so colorful for Lebaran day!
Fifth, praying time!
The last day of Ramadhan is surely a perfect time for whispering our prayers to The Most Gracious and Merciful. Hoping only for Allah SWT's blessings.
Hampir semuanya ibadah sholat sebisa mungkin kami lakukan bersama keluarga. Sholat berjamaah di rumah tepatnya, kecuali saat jam kerja. Taraweh yang dimulai pukul 10.30 memang lebih banyak kami kerjakan di rumah daripada di masjid. Apalagi anak-anak masih sekolah yang dimulai pukul 8 pagi. Kalau tidak mengatur jam tidur dan sahur dengan baik, akan tepot jadinya. Insya Allah ibadahnya tetap khusu' dan ikhlas.
Hopefully we meet Ramadhan again next year. Insya Allah.
And may peace, prosperity and joy be upon us all.
How's your preparation for the end of Ramadhan.
Do you have a special preparation as well?