![]() |
This banner is beautifully designed by Shinta Ries and taken from HERE |
I am baaack….
Baru episode
ketiga, belum bosen kaaan!
Saya seorang pekerja keras mak. Entah karena memang sudah dari sononya, sejak muda (wekekek,
sekarang udah tua dong yaah :D), saya tidak bisa diam. Sejak SMA, saya menjadi
penyiar tamu di stasiun radio swasta di Lampung. Dan tidak terasa, hampir 7
tahun saya menjadi penyiar radio di Yudhistira FM, Lampung. Mau tau nama udara
saya? Tebak doong! Hahaha.. It’s
Ockty Margaretha :p..Jauh bangeeet yah. Tapi nama udara ini memang sudah
dipilihkan Acara yang saya pegang adalah Expose,
berisi tips hari-hari yang gado-gado, plus Music
and Me, acara live request dalam bahasa Inggris. Begitu banyak pengalaman
berharga yang saya dapat di sini, termasuk jaringan pertemanan yang kekal
hingga sekarang dan kesempatan ketemu artis hits pada jaman itu :D. Ah, jadi
kangen cuap-cuaaap…
Saya juga sempat mengajar bahasa Inggris di salah satu
tempat kursus berafiliasi di Lampung. Mulai dari anak TK hingga pegawai
kantoran, I was having sooo much fun
learning English with them.
Dan kini, saya, dengan bangga, adalah
seorang
PNS sejati. Bangga banget siiih jadi PNS, kan gajinya kecil? Well,
kenapa tidak? Saya
‘banting stir’ dari pekerjaan di perusahaan swasta asing yang telah lama saya
geluti untuk menjadi PNS, karena saya
merasa saya tidak memberi kontribusi apa-apa untuk merah putih yang saya cintai
ini. Ada masa di mana saya merasa seperti robot, yang hanya tau kerja, kerja,
dan kerja, hanya menjadi bawahan orang asing di negeri sendiri. No passion, no creativity, no life! So I said
no way I was going to live like this….Gaji besar yang saya tinggalkan tidak
menyurutkan langkah saya untuk keluar dan membulatkan tekad ikut ujian saringan
dengan ribuan orang di Jakarta untuk menjadi salah satu dari 40 orang yag
diterima (saat itu) menjadi Pejabat Dinas Luar Negeri alias diplomat. Cerita
perjuangan saya ada di indahnnuria.blogspot.com juga dong! Mau tau rasanya
menjadi diplomat? Hmmm…ceritain ngg yaaaa *winkwink….
What do you have in mind when you hear the word Diplomat? Sosok perlente yang selalu tampil rapi berjas,
bolak-balik ke luar negeri, bicaranya bahasa Inggris terus, dan temannya melulu
orang asing? Well, jawabannya ya dan tidak...maksudnya bukan itu saja. Yang pasti, sebagai wakil Indonesia di negara
lain, seorang diplomat harus menjalani empat tugas utama, yaitu representing,
atau mewakili Indonesia di berbagai forum dan memastikan kepentingan Indonesia tersuarakan; reporting,
dalam arti mengumpulkan berbagai informasi yang berguna bagi kepentingan
bangsa dan negara; promoting,
alias mempromosikan berbagai aspek tentang Indonesia kepada dunia; and protecting,
senantiasa melindungi WNI dan Badan Hukum Indonesia di berbagai belahan
dunia. Tuuuh mak…ngg gampang kan?
Asli penuh tantangan dan dinamik, namun sangat menarik untuk dijalani. Tidak
jarang saya terlibat dalam proses negosiasi dengan Negara-negara lain untuk
isu-isu tertentu yang panjang dan melelahkan, bener-bener bikin frustasi! Tapi
kalau ingat merah putih, rasanya semangat juang saya berkobar lagi.
Dan tidak terasa, sudah 11 tahun terakhir ini saya
bergabung menjadi salah satu dari punggawa Negara di Kementerian Luar Negeri RI. Bertugas sejak tahun 2002, saat ini
saya dipercaya menjadi Kepala Seksi bidang Pemajuan Hak-hak Sipil dan Politik
di Direktorat HAM dan Kemanusiaan, Direktorat Jenderal Multilateral. Sebelumnya, saya telah
ditempatkan di Perutusan Tetap Indonesia
untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya (PTRI) Jenewa, Swiss pada
tahun 2007 – 2011. Saya juga sempat menjalani
masa-masa magang di Perwakilan Indonesia untuk Masyarakat Eropa (PRIME) di Brussel, Belgia pada tahun 2004.
Saat ini, pekerjaan saya banyak berkutat pada isu HAM, khususnya terkait
formulasi berbagai kebijakan, pemenuhan kewajiban dan penyebaran informasi
maupun upaya membangun budaya penghormatan terhadap HAM, khususnya di bidang
hak-hak sipil dan politik, dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk
masyarakat madani. Goodness, that
sounds so serious....Tapi memang
demikian adanya. Berbagai proses formulasi dan implementasi kebijakan terkait
politik luar negeri dan pemajuan hak asasi manusi, yang terkadang sangat
sensitif lagi dinamis, menjadi menu
sehari-hari.
Penempatan kami di Jenewa, Swiss, betul-betul menjadi masa
pembelajaran yang luar biasa berharga. Berangkat bertiga (saat itu Obi belum
lahir) di tengah puncah musim dingin yang merontokkan ‘badan Indonesia’ kami,
keluarga betul-betul menjadi sumber energi utama saya. Tanpa asisten rumah
tangga, kerja round the clock waktu
Swiss dan Indonesia, jadwal sidang 42 minggu dalam setahun, dan bahasa, budaya serta kebiasaan yang asing
sukses menempa saya, Rudi, Bo et Obi menjadi keluarga mandiri
I have to admit, pekerjaan saya
ini sangat menyita waktu, energi dan perhatian karena banyak persidangan,
rapat, pertemuan dan tugas lapangan yang harus saya jalani. Here, time management merupakan hal penting yang hingga kini masih saya
coba untuk kuasai. Juggling between
pants, pans, pampers and laptop
are not easy at all
J. Tapi saya dan keluarga selalu berusaha mensyukuri
semua nikmat ini, termasuk bergabung dengan kelompok angklung Le Sangkuriang di
Jenewa serta manggung dan ‘ngamen’ di
Swiss dan Perancis, hingga melakukan perjalanan seru dengan grup Foto Kuliner
(baca: tukang foto yang doyan makan :D), masih di Jenewa, ke berbagai tempat di
sudut Barat terus ke Selatan Eropa hingga benua Afrika.
Btw, kalau mau mengintip aksi kecil saya di salah satu
sesi UN Human Rights Council,
silahkan klik di
http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/02/indonesia-panel-on-right-to-freedom-of-expression-19th-session-human-rights-council.html
Ada video pendek juga tentang pekerjaan saya saat posting pertama di Jenewa...tinggal klik aja yaaa....
http://www.unmultimedia.org/tv/webcast/2012/02/indonesia-panel-on-right-to-freedom-of-expression-19th-session-human-rights-council.html
Ada video pendek juga tentang pekerjaan saya saat posting pertama di Jenewa...tinggal klik aja yaaa....
Selain
itu, semua usaha saya memperjuangkan norma dan kerangka
kebijakan di bidang HAM di forum multilateral dan internasional rasanya tidak
lengkap jika tidak diterapkan secara nyata.
![]() |
This is the surroundings.... |
Bergabung dengan teman saya Oky
Setiarso di Jakarta, saya selalu berusaha meluangkan waktu
untuk berbagi dengan adik-adik dari Kampung Pulo Kandang, Kelapa Gading yang
tergabung dalam Kelas Belajar Oky (KBO), untuk memenuhi beberapa aspek dalam hak-hak mereka sebagai anak, yang kerap
tercabik akibat kemiskinan.
Mengajarkan bahasa Inggris,
membantu pelajaran di sekolah, menerapkan budaya
bersih,
atau bahkan hanya sekedar berbagi cerita tentang cita-cita dan
hal-hal praktis lainnya.
Bersama dengan ibu anak-anak itu, kami juga mencoba menularkan semangat
berwirausaha, agar lingkaran setan kemiskinan tidak lagi mejerat mereka dan
keluarganya.
![]() |
tetap cerah ceria di KBO Gading... |
Kereeeeeen,,, semangaT, sukseeesss eaaaaa,,,videonya gw suka tuh
ReplyDelete