Pasti teman-teman juga sering mendengar kata sakti ini.
Ikhlas.
Mudah melafalkannya, namun tidak semudah itu untuk benar-benar meresapi makna dan menjalaninya setulus hati.
Dari kamus besar yang aku jumpai di dunia maya, ikhlas diartikan sebagai "bersih hati, tulus hati"...dan ketika ia menjadi kata kerja, mengikhlaskan, maka ia bermakna "memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati, merelakan"...
Hmm...
Again, I took a deep breath and thought that it will not be that easy to ...
Biasanya, saat kita tertimpa suatu musibah, mendapat cobaan atau kehilangan sesuatu, banyak yang menyarankan kita untuk mengikhlaskan kejadian naas yang menimpa kita tadi.
Merelakannya.
Melepasnya.
"Sudah, ikhlasin ajaaa.....toh barangnya udah ilang, nanti juga ada gantinya..
Relakan deeh...mungkin dia memang bukan jodohmu..
Kalau kita ridho dan ikhlas, insya Allah Yang Kuasa akan selalu memberikan yang terbaik"
Sounds very familiar riteee...
Dan itu yang membuat saya berpikir lagi, apakah saya sudah bisa benar-benar ikhlas dalam menjalani hidup.
Sesungguhnya, saya memang masih terus dan akan terus belajar untuk ikhlas.
Bukan hanya sekedar rela, tapi belakangan ngedumel atau dalam hati ngomel karena memang pada dasarnya belum rela-rela banget. Tapi memang beneran rela yang sesungguhnya. Tulus memberikan, menerima dan menjalani apa yang memang sudah menjadi jalan dan takdir-Nya serta tidak mengharapkan suatu apa kecuali apa yang dikarunai oleh-Nya.
Waktu awal-awal saya didiagnosa kanker payudara, saya sempat stress berat.
Tidak habis pikir dan batin selalu bertanya kenapa saya, kenapa kanker payudara, kenapa sekarang! Rasanya tidak ikhlas ketika tahu saya, yang bisa dibilang jarang sekali sakit, yang penuh semangat meniti karir di negara baru dengan segala keseruannya, harus mengubah semua rencana dan prioritas ke depan. Meskipun sempat sedih yang mendalam, namun suami dan mama selalu ingatkan saya untuk mengikhlaskan semua.
IKHLAS.
Sincerely let things go and ready to be purified. To be refined and have faith that the Almighty givea you nothing but the best.
As simple as that.
Dan amboi...betapa indahnya balasan dan pahala bagi orang-orang yang ikhlas.
Sudah pada kenal mba Ade kan? Mama cantik yang awet muda dan super funny ini memang super special, termasuk di grup Whatsapp kami yang super seru dan menjadi salah satu sumber kebahagiaan buatku :).
Kalau teman-teman sempat membaca novel pertama, Yang Tersimpan di Sudut Hati, novel ini adalah lanjutan dari kisah cinta Solasfiana dan Sofyan yang penuh dengan suratan takdir yang diakhiri dengan a twist of fate yang penuh kejutan. Mulai dari kematian keluarga tercinta, diusir dari kampung sendiri, sampai tinggal di kandang kambing dan berkirim surat serta bertukar kabar di bawah pohon istimewa.
My apologies mba Ade Anita kalau saya baru bisa selesai membaca bukumu ini, yang diberikan saat kita bertemu di salah satu ajang pemberian penghargaan bagi perempuan-perempuan istimewa. Sampai aku bawa ke NYC dan sering ikutan sidang di UN lho, untuk aku baca di sela-sela lunch break.
Seperti yang diceritakan dengan manis oleh Ade Anita via novel Islaminya, Lukisan Hati.
Sudah pada kenal mba Ade kan? Mama cantik yang awet muda dan super funny ini memang super special, termasuk di grup Whatsapp kami yang super seru dan menjadi salah satu sumber kebahagiaan buatku :).
Dengan berlatarbelakang adat budaya Sumatera Selatan, novel ini dengan lugas menyampaikan serangkaian peristiwa yang menimpa Solasfiana dan Sofyan, dua tokoh sentral dalam novel ini, beserta keluarga mereka.
Kalau teman-teman sempat membaca novel pertama, Yang Tersimpan di Sudut Hati, novel ini adalah lanjutan dari kisah cinta Solasfiana dan Sofyan yang penuh dengan suratan takdir yang diakhiri dengan a twist of fate yang penuh kejutan. Mulai dari kematian keluarga tercinta, diusir dari kampung sendiri, sampai tinggal di kandang kambing dan berkirim surat serta bertukar kabar di bawah pohon istimewa.
Teman-teman langsung baca sendiri ya novelnya, as I am not going to spoil it.
Menariknya, hal-hal kecil yang merupakan khas tradisi wong kito atau orang Sumatera Selatan juga diselipkan di sini, seperti bahasa dengan logat khas Palembang serta aneka makanan khas Sumatera Selatan (yang aku sukaaa banget dan asli bikin kangen).
Menariknya, hal-hal kecil yang merupakan khas tradisi wong kito atau orang Sumatera Selatan juga diselipkan di sini, seperti bahasa dengan logat khas Palembang serta aneka makanan khas Sumatera Selatan (yang aku sukaaa banget dan asli bikin kangen).
My apologies mba Ade Anita kalau saya baru bisa selesai membaca bukumu ini, yang diberikan saat kita bertemu di salah satu ajang pemberian penghargaan bagi perempuan-perempuan istimewa. Sampai aku bawa ke NYC dan sering ikutan sidang di UN lho, untuk aku baca di sela-sela lunch break.
Ditunggu buku berikutnya yaaaaa :).