Hello, people...
Semoga semua selalu sehat ya.
Masih di #breastcancerawareness month. Kita ngobrol soal kanker lagi yuk.
Kok... Seneng banget sih ngobrolin soal kanker? Like it was something fun to talk about.
Well.. Kanker memang selalu terdengar menakutkan. Bikin parno!
Dulu, sebelum saya divonis menderita kanker payudara, saya selalu meringis kalau mendengar kata kanker. Setelah kanker hinggap di badan saya, saya justru makin tau dan 'akrab' dengannya.
Kanker ada bukan untuk ditakuti.
Tapi untuk diperangi!
Itu sebabnya saya dan Yervi Hesna, sesama penyintas atau survivor kanker payudara, sepakat untuk ngobrol soal kanker di blog kami.
#WeTalkAboutCancer bercerita tentang seluk beluk kanker payudara yang kami alami dan pengalaman kami berjuang memeranginya. Semoga bermanfaat ya untuk teman-teman semua.
Salah satu pertanyaan yang banyak saya dapatkan adalah bagaimana perasaan saya saat pertama kali diberi tau bahwa saya menderita kanker.
Takut?
Kaget?
Sedih?
Panik?
Khawatir?
Tidak bisa menerima?
Bingung?
Atau semua di atas?
Saya sempat cerita pengalaman saya saat pertama kali mendengar kabar bahwa hasil tes mamogram, sonogram dan juga patologi saya menunjukkan bahwa saya positif menderita kanker di postingan sebelumnya.
Baca: #WeTalkAboutCancer: Berkenalan dengan Kanker
Selesai ditelpon oleh dokter pribadi saya dan segera mengatur referral atau surat rujukan agar saya bisa segera berkonsultasi dengan onkologist, saya sempat bingung.
It took a while for me to digest the fact that I had breast cancer. Positively diagnosed with breast cancer.
The first thing I did was caling my hubby.
Breaking the news.
And I was crying... as the new realities set in.
Yang pertama saya telpon adalah suami.
Mencoba tegar saat menyampaikan bahwa hasil tes mamogram dan patologi saya jelek.
Dan saya positif menderita kanker payudara.
Saya ingat.. Saat sampaikan berita itu, rasanya masih tidak percaya. Awalnya seperti orang yang pikirannya hampa, lalu ketika sadar apa arti telpon dokter sebelumnya, saya pun menangis.
Menangis sesegukan tanpa bisa dicegah.
Entah karena takut, sedih, bingung, panik, atau kombinasi semuanya.
Untungnya Rudi, my hubby, bisa menenangkan. Meyakinkan bahwa saya bisa melawannya dan segera mencari pengobatan terbaik. Saat itu, saya memang masih blank karena belum terbayang apa yang akan saya lalui. Tapi Rudi tegaskan bahwa apapun yang terjadi, saya harus fokus pada pengobatan dan
![]() |
he's always be there for me :) |
Sebelum Rudi menjemput saya dari kantor, saya pun memutuskan untuk segera memberitahu atasan saya, Duta Besar Desra Percaya, saat itu.
Dan lagi, saya tidak kuasa menahan tangis saat menyampaikan berita yang sama.
Rasanya sedih dan juga khawatir dengan masa depan yang akan saya jalani. Meskipun belum memahami dengan jelas semua prosedur yang harus saya tempuh selama pengobatan, namun saat itu yang terbayang oleh saya adalah kemungkinan yang terburuk.
Begitu pula saat saya menelpon mama di Lampung dan menyampaikan berita ini. Air mata kembali tumpah, namun dengan diiringi doa agar saya kuat menghadapi ujian ini, meskipun jauh dari orang tua dan keluarga besar.
And that's not even the hardest one.
Breaking the news to my kids proved to be the hardest.
Their innocent faces and inquiring eyes felt like an arrow to my heart.
When they said:"Are you going to die, ma?" with watering eyes, I could only hug them tightly and gathered myself, saying that I promised to fight it with all my power.
Promising to ask the Almighty for extra energy, spirit and faith to combat cancer.
That's when I know deep down inside that I would never give up!
![]() |
my kids are my source of energy to fight! |
Saat bicara dengan anak-anak, saya mencoba untuk jauh lebih tegar.
Dan itu tidak mudah.
Pertanyaan mereka yang polos justru membuat saya semakin sedih, termasuk saat Bo bertanya apakah saya akan meninggal karena sakit saya ini. Bersama suami, kami jelaskan bahwa penyakit yang saya hadapi tidak mudah dan akan ada beberapa perubahan serta penyesuaian di rumah. Saya memang segera bersiap untuk mastektomi tak beberapa lama setelah hasil tes saya keluar dan kemoterapi setelah cukup kuat pasca mastektomi.
![]() |
let's fight it.. |
Saya dan suami sepakat memberitahu anak-anak tentang kanker yang saya derita.
Saya mau mereka tau saya sakit dan akan ada masa di mana saya perlu istirahat dan tidak bisa mendampingi mereka seperti biasa.
Dan saya juga ingin mereka membantu saya berjuang, melawan kanker di tubuh dan kembali pulih.
And I was so resolved...entering my new battlefield with so much hopes and high in spirit!
To fight cancer and to stay healthy!
Nantikan cerita kami selanjutnya dalam #WeTalkAboutCancer :)
saya selalu saja terharu campur salut kalau baca cerita perjuangan survivor kanker.
ReplyDeletesemoga mba indah juga kuat dan bisa berbagi pengalaman menjadi survivor
terima kasih banyaaak ya mba...semangat et sehat selalu :)
DeletePeluk cinta untuk MBak Indah dan penderita cancer ini. Mulai sekarang ada banyak hal yang harus aku lakukan, lebih dekat dengan anak-anak dan keluarga serta harus melakukan pola hidup yang sehat.
ReplyDeleteSehat selalu ya, Mbak Indah
dirimu juga yaaaa Astin. sehat-sehat selalu dengan keluargaaaa
DeleteSelalu terharu dan campur-campur perasaan setiap baca cerita perjuangan para survivor. Luar biasa mba Indah bisa menghadapinya dengan dukungan penuh keluarga. :)
ReplyDeleteSelalu sehat dan semangat mba Indah.
dukungan keluarga, teman dan semua itu sumber energi yang luar biasaaa Zia...dirimu juga yaaaa :)
DeleteAduh...gimana perasaan Indah waktu Bo nanya 'itu' ya. Belum bisa menguasai diri sepenuhnya
ReplyDeleteit's not easy but the kids need to know as well
ReplyDeleteSejujurnya membaca tulisan ttg cancer selalu membuat perasaan saya sedikit tdk nyaman, tp anehnya selalu saya baca hingga akhir... seolah mengingat betapa kanker tdk mudah dan harus bersyukur krn berhasil melewatinya.
ReplyDeleteMba,... proud of you, tahu banget gmn berat perjuangan yg mak indah alami. *peluuk erat :)
Breaking that kind of news to the kids is so hard. I went through a little scare earlier this summer and having to tell the kids was the hardest part.
ReplyDeleteSemoga perjuangan mbak dalam melawan kanker bisa kuta dan tegar, dan semoga bisa sembuh dari kankernya mbak..
ReplyDeleteTerharu. Saya membaca kisah Mbak Indah yang tegar setelah menjawab pertanyaan2 yang menyesakkan. Terus berjuang, hanya satu2-nya cara. Salut Mbak, semoga banyak yang tercerahkan membaca tulisan ini.
ReplyDelete