Blogger
kondang yang satu ini memang sukses membuat para blogger merinding...well,
paling tidak saya :D...
Coba,
Mas Hariyanto dengan manisnya mengundang para blogger untuk ikut dalam GA yang
temanya Masuk Neraka, Siapa Takut!!!???
Saya
takuuut...
Beneran
lho...
Apalagi
kalau mengingat daftar dosa yang rasanya kooook tiada habisnya (ampuuun Ya
Rabb)...Namun namanya manusia, siapapun tidak luput dari alpa dan kesalahan..
Dan
layaknya manusia biasa, saya paling takut dengan penyakit hati yang satu ini...
Iri
dan Dengki..
Pasti
pernah dengar kan? pernah merasakannya juga? Jika ya, langkah apa yang telah
dilakukan untuk menghentikannya?
Well,
izinkan saya berbagi sedikit yaaaa...
Apa
sih Iri dan Dengki?
Kamus
Bahasa Indonesia dengan gamblang menjelaskan bahwa Iri adalah "merasa
kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dsb); cemburu; sirik;
dengki". Sedangkan dengki, dijabarkan sebagai " menaruh perasaan
marah (benci, tidak suka) karena iri yg amat sangat kepada keberuntungan orang
lain."
Walaupun hanya satu pengertian yang saya jadikan acuan, tapi saya pikir
pengertian sederhana di atas bisa langsung membantu kita mengerti apa itu iri
dan apa itu dengki.
Sepintas sepertinya sama ya, tapi kita lihat bahwa dengki sepertinya digambarkan sebagai perasaan iri yang begitu besar hingga membuat kita dirasuki amarah dan perasaan benci yang luar biasa, lebih dari sekedar perasaan tidak suka, atau terganggu yang ditimbulkan oleh rasa iri. Sepertinya beda tipis, tapi saya beranggapan bahwa merasa iri tidak selalu berarti dengki, namun jika kita dengki terhadap orang lain, berarti kita sangat iri pada orang tersebut.
Padahal, Allah SWT telah mengingatkan kita hambanya melalui firmannya
“"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah
kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi
seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).
PERNAH MERASA IRI?
Lantas, pernahkan saya iri kepada
orang lain? Atau bahkan dengan saudara den keluarga sendiri?
Jawabannya YA, PERNAH…
Saya pernah begitu iri dengan
saudara sepupu, yang usia, sekolah dan tempat tinggalnya dekat dengan saya.
Saya iri karena dia lebih cantik, badannya lebih kurus, tidak berambut keriting
serta berkulit gelap seperti saya, dan punya orang tua (yang kala itu) ada di
luar negeri. Setiap kumpul keluarga, saya dan sepupu saya ini, selalu dibanding-bandingkan.
Untungnya untuk urusan sekolah, saya tidak kalah, dalam arti sama-sama juara
kelas. Tapi, dari segi fisik, rasanya semua yang ada di saya kok salah..apalagi
di usia sebelia itu, dengan kepolosan dan kenaifan seorang anak remaja, saya
selalu merasa kurang jika berdekatan dengannya, padahal kami satu sekolah dan
bergaul dengan teman yang hampir semuanya sama.
Apakah saya dengki dengannya? Hmm…..let me think…sepertinya tidak..karena,
kalau menilik pengertian di atas, saat kita dengki, kita akan mengambil langkah
lebih jauh untuk menunjukkan kemarahan dan kebencian saya kepada orang lain,
karena rasa iri saya tadi. Saya pikir saya tidak seburuk itu. Saya tidak serta
merta membencinya dan menjelek-jelekkannya di hadapan teman-teman. Saya juga
tidak pernah berpikir untuk mengurangi kecantikan atau kepopulerannya. Toh,
kami punya ikatan keluarga yang kuat dan sangat dekat.
Tapi tetap saja, rasa iri pernah
membakar hati ini. Saya pernah begitu risau karena sebal melihat dia yang
begitu disukai banyak teman, terutama teman laki-laki. Saya pernah merasa
amarah merasuk di dada saat saya ditegur untuk lebih merawat diri karena
dibandingkan dengannya. Setiap kami berkumpul dan bermain dengan orang lain,
dan melihat orang lain lebih memilihnya daripada saya, lagi-lagi saya kesal
luar biasa. Belum lagi kalau nilai pelajaran turun, makin kesal karena langsung
menjadi bahan pembanding antara saya dan dia. Capek ya…hanya karena iri, yang
bukan tidak mungkin akan terselip menjadi dengki, begitu banyak energi, waktu
dan pikiran yang terbuang percuma, padahal kalau kita memanfaatkannya dengan
baik, begitu banyak hal positif yang bisa kita capai.
Setelah saya coba pikirkan dengan
tenang, perasaan iri dan dengki timbul karena kita tidak atau kurang bersyukur.
Betapa iri dan dengki dengan mudah menutup mata dan mata hati kita akan segala
kenikmatan yang diberikan Allah Yang Maha Pengasih, sekecil apapun nikmat itu.
Dan iri dengki juga membuat kita dekat dengan setan, membuat kita berpikir yang
tidak tidak, menghalalkan segala cara dan bersekutu berbuat jahat hanya untuk
membuat orang lain tidak bahagia. Juga, perasaan iri dan dengki membuat kita menentang
Allah SWT. Yah, seperti mencoba menentang takdir, atau paling tidak
mempertanyakan mengapa kita dikaruniai A, bukan B, seperti orang lain. Padahal,
Sang Maha Pencipta telah melukiskan garis hidup kita sedemikian rupa dengan
segala kebaikan.
Alhamdulillah…..akhirnya saya
bisa berdamai dengan diri sendiri dan yang paling penting, mohon ampun
kepada-Nya karena saya kurang (atau malah tidak ) percaya akan takdir Allah SWT
yang memang telah terukir indah.
Semuanya bermula dari rasa syukur atas segala nikmat-Nya yang tiada pernah
habis, nikmat yang mungkin tidak langsung kita terima sebagai nikmat, namun
menjelma menjadi kebahagiaan yang tiada tara saat waktunya tiba.
Sepupu saya tetap menjalani hidup
yang bahagia dan menyenangkan hingga sekarang. Namun yang lebih penting lagi,
saya pun memiliki kehidupan yang tidak kalah membahagiakan saat ini.
Semua kekurangan yang dulu menimbulkan
rasa iri menjadi energy yang tidak pernah mati untuk saya terus memicu diri
menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak kerja keras saya di masa muda, dan
tentu saja berkat ridho Allah SWT, yang berbuah manis di kala kita hampir lelah
menempuh jalan hidup. Saya tidak pernah
berpikir dua kali untuk terus mengembangkan diri, menggali potensi itu dan
jujur dengan kekurangan maupun kelebihan saya. Berdamai dengan diri sendiri
memang sangat melegakan. Betapa perjalanan hidup untuk menemukan potensi diri
ini diawali dengan rasa iri.
Dan bersyukur…selalu bersyukur.
Hal sederhana namun penting yang seringkali kita lupa lakukan. Sebagaimana
diriwayatkan dalam HR. Bukhari dan Muslim, yang mengingatkan kita: “Jika salah seorang di antara kalian melihat
orang yang memiliki kelebihan harta dan rupa, maka lihatlah kepada orang yang
berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Niscaya kita tidak
akan pernah lupa untuk mensyukuri rahmat-Nya.Saya yakin, masih banyak lagi ayat-ayat suci Al-Quran dan hadists yang tidak putus-putus mengingatkan kita untuk bersyukur.
Kalau ingat itu semua, tidak
habis-habisnya saya minta ampun kepada yang Kuasa.
Betapa iri dan dengki, bisa
terjadi di mana saja, terhadap siapa saja…dengan teman dekat atau bahkan orang
lain di kantor, di komunitas dan di tempat-tempat di mana kita berinteraksi
dengan orang lain. Dan begitu dekatnya kita dengan api neraka.
Semoga Allah SWT senantiasa
mengampuni dosa-dosa kita.
Amin Yaa Roballalamin…
Artikel ini diikutkan sebagai peserta Fiesta Tali Kasih Blogger 2013 BlogS Of Hariyanto – Masuk Neraka Siapa Takut!!!??? ”
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/iri#ixzz2lZV345QN
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/dengki#ixzz2lZVVEwHX
iri itu bisa membakar hati dan diri lho. apalagi kalo iri pada ungu yang woww ini. he...7x
ReplyDeletewaaah...betul...iri dengki itu bahan bakar yang luar biasa untuk setan..moga2 kita terhindar ya :D...makasih sudah mampir...
DeleteAlhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
ReplyDeleteartikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta,
mohon dicek apakah namanya sudah ada atau belum di daftar peserta,
bila belum, harap segera konfirmasi ke admin melalui kolom komentar yang ada,
salam santun dari Makassar :-)
terima kasiiiih mas...all the best buat semuaaa ya...
DeleteSaya juga pernah iri sama teman sebangku di SMA dulu, kok dia itu cantik, pintar, baik juga dari keluarga yang kaya dan terpandang... tapi untunglah lalu sadar kalau nggak guna iri apalagi dengki. Tapi bagus juga untuk memotivasi diri menjadi lebih baik :D. Mirip ya mbak pengalaman kita.
ReplyDeleteSalam kenal dan semoga sukses terus ya mbak.
Iyaaa nih...jangan-jangan setiap orang dalam satu fase hidupnya mengalami hal yang sama hihihi....yang penting ambil hikmahnya ajaa...sambil teruuuus minta ampun :D...
Delete:) kak
Deletepernah banget mbak :) harus dihilangkan ya
ReplyDeleteIya mama Cal-Vin...walaupun kadang ngg gampang :D...masih suka nongol dikit-dikit hehehe...
DeleteItu kan dulu, Mbak...sekarang kau lebih hebat kan ? *winkwink
ReplyDeleteHa ha ha
Namanya juga kita belum ngerti, Hani juga pernah Mbak...sebel banget karena dulu waktu kecil gendut dan ngerasa gak cantikm eh tapi sampai sekarang kalah cantik ama dia akan tetapi udah gak ada iri lagi...karena saya tahu siapa saya :P
Salam dari Bali, Mbak...
huahahaha mba, ..namanya juga ABG galauuu ( I hate this word :D)...but I'm happy for who I am now...makasih sudah mampir "D..
Deletesalam kenal bunda.., folbek ya.., thx *smile
ReplyDeletesalam kenal juga...terima kasih sudah mampir...dan saya sudah follow back juga :D...thanks a million...
Deletewah bagus posting ini. semoga menang GA nya ya sob :)
ReplyDeletemakasih banyak mbaaa....amiiin amiiin...
DeleteThere is definitley a difference between envy and jealousy, but I think a lot of people think they're one in the same.
ReplyDeleteIndeed ....but still, we really have to be careful with these feelings...
DeleteKalau sering melihat diri sendiri dan tidak merasa kurang, insya Allah iri akan tersingkir. Bersyukur bisa menjauhkan iri. Tapi setan belum pensiun yah? KAdang2 kita masih digoda juga
ReplyDeleteIri itu bisa dinilai positif, apabila dengan iri menjadikan cambuk bagi kita untuk maju, seperti yang kita irikan. Saya iri dengan kekayaan tetangga saya, maka saya harus berusaha kerja keras agar bisa meraih kekayaan.
ReplyDeletehttp://leadervsi.com/ikut-yusuf-mansyur
hiii.... aku jadi merinding mbak bacanya >,<
ReplyDelete