Jangan boros-boros ya maaaa...
Rasanya ngg bosen-bosen deh my munchkin, suamiku tercinta, mengingatkan istrinya yang memang perlu diingatkan lagi dan lagi (dan lagi).
Okeee...saya memang harus ngaku, kalau saya orangnya boros.
Atau tepatnya, gampang tergoda. Tergoda apaan? apalagi kalau bukan belanja, apalagi SALE! Duuuh...untuk yang satu ini, saya memang gampang luruh kalau melihat tulisan 50% ke atas (bukan ke bawah...kalau itu masih bisa ditahan :D..). Ya baju, ya sepatu, ya makanan... #nundukkinmukadalem-dalem. Apalagi kalau ngeliat yang unguuuu...tambah pusing rasanya kalau ngg at least diliat (kalau ngg dibeli :D).
 |
pengen bisa leburan terus ke tempat cantik seperti iniiii :D... |
Tapi jangan salah. Saya juga paling jagoan kalau disuruh irit. Lho kok bisa? Kan kontradiktif dengan pengakuan di atas :D.
Jadi begini...biasanya, untuk mendapatkan sesuatu, harus ada usaha dan pengorbanan yang kita lakukan bukan?
Misalnya, kalau mau liburan....maka kita harus 'nabung' cuti dan juga nabung biayanya. Untuk bisa nabung, berarti kita harus pandai-pandai mengatur keuangan dan mengurangi pengeluaran. Yah, judulnya irit di satu bagian supaya dapet 'lebih' untuk bagian lain. Dan irit, bukan berarti pelit lhoo, seperti Kaka Akin righty pointed out!
Dan ternyata, setelah dipikir-pikir, saya lumayan berhasil ( dan konsisten ) untuk mengirit beberapa hal. Mau intip apa aja dan bagaimana?
Here they are...
1. Hidup masaaaak
Urusan perut, saya memang ngg mau kompromi. Maunya makan enak teruuus dan nyobain ini itu (tapi ngg mau gendut #gubraaak :D). Dan kalau diturutin, bawaannya saya pengen jajaaaan aja #nyengirlebaaar. Dan jajan itu boros kan. Padahal in the end, makanan yang saya beli itu-itu aja. Lha wong kesukaannya mie, bakso, yang kuah-kuah, yang seger-seger. Walhasil, masak sendiri menjadi pilihan terbaik. Dan ini saya rasakan bermanfaat bangeeet waktu kami hidup jauh dari tanah air yang apa-apa mahal dan susah nyarinya (ya barangnya, ya halalnya). Daripada makan di luar yang paling sedikit menghabiskan CHF50 (kalau ditabung dan dijadiin Rupiah lumayan banget kan). Apalagi kalau rame- rame bareng keluarga, tambah hebooh deh. Syukurlah banyak resep enak dan gampang bertaburan di dunia maya, dan alhamdulillah, anak- anak et suami ngg protes makan masakan mamanya :D. Sehat, murah dan pastinya halal .
Kebiasaan ini masih berlanjut sampai sekarang lho. Walaupun harga makanan di Indonesia jauh lebih murah, tapi godaan makan ini dan itu di restoran maupun di mall jangan dianggap enteng. Niatnya lunch doang, tapi jadinya malah belanja belanji or main ama anak-anak di entertainment center (you know what :D). Boros kaaan. Dengan 2 orang anak yang lagi lucu-lucunyaaa (peluk Bo et Obi "D), biasanya sekali makan keluar kami menghabiskan minimum Rp 200.000, belum plus-plus. Hayooo..keluarkan kalkulator
Plus poinnya dari masak di rumah juga adalah kesempatan untuk 'bermain' dengan anak-anak jadi lebih banyak. Bo et Obi memang suka 'ngerecokin' mamanya di dapur, tapi saya batasi untuk hal-hal yang ngg bahaya, seperti mencuci beras (sambil main air :D) dan memetiki sayuran atau mengaduk adonan. Buat saya, masak juga relaxing! Apalagi setelah masak, makan, dan kenyang :D.
2. Naik kendaraan umum? Siapa takut...
Sudah bukan rahasia lagi kalau Jakarta biangnya macet. Jarak pendek dari satu tempat ke tempat lain bisa lamaaaa. Buat saya macet = pusing = stress = ngabisin bensin = boros! Ngga asyik kaaan.
Dengan harga BBM yang cukup lumayan (plus Jakarta yang kebanjiran mobil murah @_@..tidaaaaak) saya dan suami sepakat untuk mengambil jalan tengah bagaimana supaya perjalanan ke kantor, ngedrop anak-anak, dan kulur-kilir kami sehari-hari bisa tetap lancar tanpa merogoh kocek lebih dalam lagi. Daaaan.....kami memutuskan untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi, tapi lebih banyak memakai kendaraan umum. Bo akan didrop dengan sepeda motor sementara mama Bo et Obi naik kendaraan umum. Dan salah satu pilihan favorit saya adalah TransJakarta.
Setiap pagi, saya akan didrop suami ke halte TransjJakarta terdekat yang memang lewat kantor dan nanti pulangnya dijemput lagi di halte TransJakarta tempat saya berhenti. Biasanya, saya berangkat dari halte Pulomas, tapi pulang turun di halte Sunan Giri. Dan memang, waktu tempuh ke kantor jauuuh lebih cepat. 30 menit saja...dengan catatan busnya banyak hehehe. Seringkali saya memang harus menyediakan waktu lebih banyak untuk antri dan menunggu bus, dan hal ini tergantung kondisi jalan dan cuaca biasanya.Kalau dengan mobil, paling tidak kami memerlukan waktu paling sedikit 1 jam hingga 1 jam setengah untuk sampai di kantor. Pakai macet (banget) dan kesel karena maceeet.
Dan tiga bulan terakhir ini saya sukses menjalaninya. Yah, penuh suka dan duka pastinya...termasuk kaki keram , tangan kaku (asyik gelantungan :D) dan pinggang pegal plus 'aromatherapy' kalau sedang 'mujur' hihihi. But at the same time, saya jadi lebih banyak bergerak (transit dan pindah halte berasa jugaaaa :D), jadi lebih sehat... Belum lagi, hobi saya mengobservasi orang juga tersalurkan hehehe...Dan ini adalah salah satu kontribusi nyata saya mengurangi kemacetan di Jakarta tercinta (cieeeee..tepuk tangan sendiri#boleeehkan)! Ada yang mau ikutan ngg..
 |
asyiknya bergelantungan di transjakarta :D... |
Alhamdulillah, pengorbanan upaya ini langsung terasa lhooo dampaknya...dengan tiket Transjakarta yang hanya Rp 3.500,- per trip plus ongkos 1 kali naik bajaj (kalau kemaleman dan ngg sanggup jalan ke halte :D), kami yang biasanya isi BBM 2 kali per minggu (sekali ngisi at least Rp 200.000,- @_@ ), jadi irit hanya mengisi 1 kali seminggu. Ayooo coba dihitung, lumayaaaan kan...
3. Bawa botol air minum ke mana-manaaa...
Nah, ini salah satu kebiasaan sederhana tapi buat saya bermanfaat banget. Karena selain sehat, juga irit lho. Buat saya yang sering jalan ke sana kemari dan gampang haus, nemuin botol minum air putih di tas bener-bener surgaaaa.
Seringkali, kita harus sengaja mampir ke suatu tempat khusus untuk cari minum. Dan seperti biasa, kalau ke convenience store, harga minuman kemasan cenderung sedikit lebih mahal. belum lagi kalau hanya tersedia yang merek impor. Duuuh...Rp 12.000,- per botol imut rasanya gimanaaa gitu :D (padahal di tempat asalnya di Perancis sonooo...tnggal bawa botol berkerat-kerat dan isi langsung juga boleh lhooo...#jadikangen) . Walaupun seringkali, minuman ringan harganya lebih murah, tapi saya yang berhati-hati dengan konsumsi gula harus berpikir berkali-kali untuk membelinya.
Saat traveling apalagi, tambah penting nih bawa botol minum air putih. Kebayang kan lagi di tengah laut atau di tengah hutan mau cari warung untuk beli minum :D...Buat yang suka traveling ke negara lain pun, botol minum yang kita bawa bisa jadi penyelamat di saat kehausan. Apalagi biasanya di negara maju, banyak potable water yang tersedia di berbagai sudut kota. Gratis! Kalau beli sendiri, harga memang bervariasi sih..biasanya botol air putih 600ml dibandrol dnegan harga CHF 1.5 atau € 1. Eh,bahkan lebih mahal...sekitar €2.5, kalau di cafe atau di sekitar pusat keramaian.
So, saya selalu berusaha untuk membawa botol minum sendiri. Di kantor, di hotel, di beberapa tempat kita bisa mengisi ulang botol air minum ini juga. Selain irit dan sehat, juga ikut membantu menjaga lingkungan karena mengurangi sampah kaaan. Walaupun kecil, yang penting turut berkontribusi nyata :D.
Well, itulah sebagian upaya Mama Bo et Obi untuk irit mengirit tapi ngg pelit yang mudah-mudah membawa manfaat dan bikin hidup tetep asyik :D..
Makasih Kaka Akin untuk idenya dan sukseeeees yaaaa kontesnya....