"Rontok lagi, pak..."
"Udahlah...kalau memang harus rontok, kan memang pengaruh obat..
"Tapi kali ini banyak banget..sampai 2 genggam.."
Dan tubuh saya pun dipeluknya...
***
Sore itu, usai kembali dari bandara mengantarkan salah satu rekan yang akan kembali ke Jakarta, saya tiba-tiba merasakan capek yang luar biasa.
Rasanya tulang pada mau berontak, kepala super berat dan perut ngga enak banget.
Serba salah..karena badan benar-benar tidak enak, tapi saya tidak bisa istirahat.
Well, beberapa hari sebelumnya, saya memang baru saja menjalankan kemoterapi yang kedua.
Setelah sukses divonis menderita kanker payudara tiga bulan sebelumnya dan menjalani mastektomi, operasi pengangkatan seluruh bagna payudara yang terkena kanker, saya memang harus menjalani serangkaian kemoterapi. Karena kanker yang nongkrong di tubuh saya, ternyata super agresif. Dalam kurun waktu 2 bulan, sel kanker di payudara kanan mulai "jalan-jalan' ke arah ketiak, yang notabene menjadi rumah kalenjar getah bening. Bahayanya, kalenjar getah bening adalah transporter di tubuh kita. Jadi, kalau sel kanker itu sukses 'nongkrong' di kalenjar getah bening, besar kemungkinan ia akan menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Untungnya, semua ini diketahui di tahap awal, jadi saat operasi, semua sel dan calon sel kanker yang terdeteksi langsung diangkat.
Dan saya lega...
Really, Indah?
Ya, sekarang saya sudah bisa lega. Dan tersenyum!
Walaupun perjuangan saya masih panjang sebelum bisa benar-benar dinyatakan bersih dari kanker, tapi saya sudah berdamai dengan diri sendiri.
Malu rasanya dengan Yang Kuasa kalau ingat malam-malam kelam saya.
Saat di mana vonis kanker itu benar-benar nyata adanya...
Saat saya tidak tau harus marah kepada siapa...
Saat saya mulai menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga diri dengan baik...
Saat saya panik ketika tahu jahatnya kanker yang ada di tubuh saya...
Saat saya tergugu hanya karena melihat Bo dan Obi tidur dengan pulas...
Saat saya sadar betapa saya ingin hidup lebih lama untuk suami dan anak-anakku...
Saat saya bertanya dengan marah...WHY ME?
Mungkin untuk mereka yang tahu dan kenal saya sejak lama, selalu berpikir bahwa everything in life is fine. Saya memang selalu happy...atau mungkin tepatnya, terlihat happy.
But I'm just human.
At the lowest point of my life....at my bottomless pit.
And this silly cancer just change everything.
My life...and the lives of people I dearly love.
Terbayang ngga ole teman-teman.
Saat itu, saya dan keluarga baru pindah ke tempat baru.
Penuh semangat untuk memulai hari-hari kami.
Penuh rencana untuk jalan kesana kemari untuk mengeksplorasi negara baru yang menjadi tempat tinggal kami. Penuh keinginan untuk mengembangkan jejaring pertemanan dan karir yang dijalani selama ini. Penuh suka cita dengan Udi untuk meneruskan hobi-hobi dan memenuhi bucket lists kami. Penuh ide untuk memperkenalkan Bo dan Obi dengan dunia baru mereka.
Baru 7 minggu di New York City, dokter saya menelpon untuk bilang bahwa saya positif terdeteksi mengidap kanker payudara...
Dan fase baru dalam hidup saya sebagai pengidap kanker pun dimulai.
Mastektomi, MRI, PET CT Scan, ECG, ecocardiogram, kemoterapi, insulation, breast reconstruction, endless consultation dengan dokter onkologis menjadi menu kami hari-hari.
Waktu dokter menjelaskan segala prosedur yang diperlukan dan hal-hal yang harus saya jalani untuk menghilangkan sel-sel kanker ini, saya hanya bisa menatapnya nanar.
it sounds so scarying and painful.
There goes my plans.
Berubah semua rencana yang telah kami susun.
Everything has to change.
Priority number one: saya harus sehat kembali!
Dan saya mau marah dengan siapa?
Mau marah dengan siapa kalau saya harus menjalani operasi besar dan pulih dalam waktu yang cukup lama?
Mau menyalahkan siapa kalau payudara saya hanya tinggal sebelah?
Mau benci dengan siapa kalau saya tidak bisa bangun, lemas tidak ketulungan dan mual selama 4 hari akibat kemo?
Mau teriak ke siapa ketika rambut, alis, dan bulu mata saya rontok tak bersisa?
Mau kesal sama siapa ketika kuku-kuku saya mulai menghitam dan mengeluarkan darah akibat terpaan racun yang dipakai untuk membunuh sel-sel kanker saya?
Mau sedih bagaimana lagi saat Bo bertanya "Mama ngga akan meninggal karena kanker mama kan?"
Tidak ada.
Tidak ada kecuali diri saya sendiri...
Lagi, why me? kenapa sayaaa? terus muncul terbersit di hati..
Mau marah dengan Tuhan? Saya ngga berani.
Dan saya selalu yakin kalau Allah SWT selalu memiliki scenario terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
Gusti Allah tidak akan pernah mencoba umat-Nya lebih dari kemampuan mereka.
Of course, Udi dan keluarga besar, termasuk atasan dan teman-teman kantor saya, selalu mendukung penuh dan membantu saya sejak awal.
But they don't know exactly how it feels to be in my position.
Dan saya tau, kalau saya terus menyalahkan diri sendiri, semua ini hanya akan menghabiskan waktu, energi, dan emosi saya. And I desperately need it for my recovery.
Pilihan terbaik yang saya miliki adalah berdamai dengan diri sendiri dan mohon pada Sang Pemilik Kehidupan untuk bisa selalu diberi kekuatan dan semangat untuk menjalani skenario indah-Nya ini.
Ikhlas dan sabar, meskipun super duper susah dijalani, terbukti ampuh membantu saya menjalani tahap pengobatan dan penyembuhan satu demi satu.
Tiga minggu hidup dengan wound reservoir dan selang 8 inci yang tertanam di tubuh saya ternyata bisa dijalani. Saat mual dan lemas melanda akibat diinfus AC, cairan kemo saya yang luar brasa dampaknya, selama 4.5 jam, saya pun memilih tidur dan istirahat penuh.Bahkan saat menggunduli kepala saya yang sudah pitak sana pitak sini akibat rontok berat, saya bisa tersenyum.
|
cheeers... |
Dan ternyata, saya cocok berkepala botak :).
Ya, ngga :p.
Hidup saya pun jadi jauh lebih sehaaat.
Kini saya mulai dan haris banyak mengkonsumsi buah dan sayuran segar serta olahraga. Berat badan pun turun 7 kilo! Alhamdulillaaah kan :).
Dan yang lebih penting lagi, kalau Bo dan Obi bertanya kenapa mama botak, saya akan bilang bahwa mama terkena kanker dan will fight back!
I will definitely fight back!
|
cheeeers.... |
I might sound so cliche, tapi semua memang akan indah pada waktunya.
Dan percayalah, Tuhan akan selalu memberi yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kita hanya perlu selalu bersyukur, bersyukur dan bersyukur lagi.
Jangan pernah lupa itu!