Showing posts with label ibu. Show all posts
Showing posts with label ibu. Show all posts

Kado Istimewa di hari Ibu

Happy mother's day :)..

Selamat hari ibuuuu semuaaa...

Mudah-mudahan belum terlalu terlambat untuk mengucapkannya karena buatku, setiap hari adalah hari Ibu :). Setiap bicara tentang Ibu, saya langsung ingat mama yang saat ini berada jauh di tanah air. Mama yang dengan segala kehebohannya akan selalu jadi sosok yang dirindukan.

Banyak cara Ibu mencurahkan cintanya pada kita...dalam diam, dalam senyum, dalam pelukan, dalam tawa, dalam masakannya, dalam doanya...selalu. Dengan segala kesabaran, kelapangan dada, dan cintanya, memang Hati Ibu Seluas Samudra... 

Dan kali ini, bertepatan dengan hari Ibu, ada satu #KadoIstimewa yang bisa kita persembahkan untuk ibu tercinta maupun semua ibu sejagad raya...juga semua yang menjadi anak-anaknya...

Adalah Pakdhe Abdul Cholik yang dengan segala inisiatifnya yang luar biasa sehingga 125 blogger, including me, bisa berkumpul mencurahkan hati akan kasih sayang tak berbatas dari sosok ibu kita dalam bentuk tulisan. Mengharukan pastinya... 


we have the soft cover and hard cover edition :)
gambar diambil dari https://www.facebook.com/photo.php?fbid=672580576196895&set=gm.680081208774379&type=1&theater

So, jangan ragu...antologi dari 125 blogger yang satu ini dijamin akan menambah kecintaan kita pada sosok Ibu yang memang tiada duanya. 


Judul                             :  Hati Ibu Seluas Samudra
Penulis                         :  Susan, Diah Kurnia Sari, Abdul Cholik, dkk
Penyunting                :  Tim Sixmidad
Desain Isi                   :  SixmidArt
Desain Sampul        :  Dani  S.
Penerbit                     : Penerbit Sixmidad, Bogor
Tahun                         : Cetakan pertama Desember 2014
ISBN                            : 978-602-0997-02-5
Jumlah  Halaman   :  xii+624 halaman (total 636 halaman)

Ukuran                      :  15x21 cm
Harga                        : Rp 75.000,00 (soft cover), Rp 115.000,00 (hard cover), 
                                       di luar ongkos kirim
Order                         : melalui inbox Mas Belalang Cerewet 


Happy reading, everyoneee....saya mau telpon mama dulu yaaa, biar kangennya hilang :)

Yang 'kan selalu kurindukan...

Drrrt, drrrrt...

"Teh...masih bangun apa dah bobo?"
"Facetime yuuuk...pengen liat Bo ama Obi, ngobrol ama kamu juga"
"Kamu gimana? kemonya uda selesai kan? udah enakan?.."
"Jangan lupa jaga kesehatan..."
"Juga berdoa...minta selalu ama Yang Kuasa, teh..."
"Yang penting yakiiin aja sembuh..."
"Aamiiiiiin...."

Malam itu, telepon genggam saya sibuk bergetar..
Mengantarkan pesan demi pesan berbalut cinta dan doa dari sosok mungil yang jauh berada di pojok dunia yang lain.

Mama...

Setelah beberapa hari badan rasanya rontok pasca kemoterapi ketiga yang saya jalani, saya memang harus istirahat dan bisa dibilang tidak melakukan aktivitas apapun. Tidak bekerja, tidak masak, tidak bisa konsen mengurus anak.... dan tidak ngeblog. Pokoknya, benar-benar menikmati badan yang sedang berjuang melawan racun yang dimasukkan untuk membunuh sel-sel kankerku. Segala rasa tidak enak yang campur aduk memaksa saya untuk banyak istirahat dan menghabiskan waktu di kamar tidur. 

Dan di saat-saat seperti ini, sumber kekuatan saya hanya keyakinan pada Sang Maha Pemberi Hidup serta dukungan dan doa dari keluarga saya tercinta, terutama mama.

----

Masih segar dalam ingatan saya ketika kecil.
Pagi menjelang, mama sudah asyik berkreasi di dapur, untuk memastikan anak-anaknya yang doyan makan ini tidak kelaparan. Menuju sekolah dengan hati riang dan perut kenyang, kami bertiga betul-betul menikmati masa kecil yang bahagia. Walaupun tas kami berat dengan buku-buku pelajaran dan jarak dari rumah ke sekolah kami cukup jauh (naik angkot ganti dua kali lho :) ), mama selalu mengingatkan kami untuk semangat. Berangkat pagi-pagi dan pulang siang menjelang sore tidak menyurutkan langkah kami menikmati masa sekolah yang penuh warna. Dan mama...selalu siap menyambut kami dengan senyum.

Seiring dengan perjalanan waktu, kami pun tumbuh besar. Sehat dan aktif, mungkin itu gambaran yang paling pas untuk kami bertiga, Indah, Ari, Ajay. Dengan segala aktivitas kami di sekolah dan di luar, rasanya waktu 24 jam kurang. Entah kenapa, mungkin karena memang sudah bawaan dari sana, kami bertiga adaaa aja kegiatannya. Mulai dari drumband, pramuka, sampai siaran di radio dan jadi MC plus DJ. Itu semua dimulai dari saat kami SD dan kami bertiga punya pengalaman yang sama, or at least pernah merasakan semua itu :). 

Heboh? pasti...
Sering pulang malam, keluar terus dengan teman-teman, belajar keteteran dan dicari orang rumah adalah menu sehari-hari. Almarhum papa selalu mengingatkan prioritas kami, yaitu sekolah dan belajar.  Tidak jarang hal ini membuat papa agak keras dengan kami dan sering menegur, apalagi saya yang notabene anak perempuan. Padahal boleh dibilang, saya yang waktu itu baru mulai merasakan serunya dunia radio dan MC, sering mendapat jam siaran maupun acara di malam hari. Belum lagi adik-adik laki-lakiku dengan segala kelakuan dan problemanya masing-masing. Sementara Mama, meskipun punya kekhawatiran yang sama,  tetap percaya dan selalu mendukung kegiatan kami. 

Duuuh, kalau ingat masa-masa 'muda' dulu, jadi malu sendiri karena sering membuat khawatir orang tua...

Makin dewasa, saya pun makin larut dengan kesibukan dan ritme hidup yang baru. Tapi satu hal yang tidak pernah lepas, doa dan dukungan mama.

Saya ingat banget, waktu mau ujian masuk PNS, sebelum masuk ke gedung tempat ujian pagi-pagi saya telpon mama dan minta doanya.  
Dua hari menjelang akad nikah dan saya belum sampai di rumah karena masih ada pekerjaan di kota lain, saya telpon dan minta doa mama supaya semua lancar. 
Menjelang kelahiran Bo dan Obi, yang dua-duanya jauh dari tanah air, saya selalu menelpon mama untuk minta maaf dan minta didoakan.
Setiap perjalanan tugas dan meninggalkan anak-anak dan keluarga, saya selalu telpon mama untuk minta doa agar semuanya lancar dan selamat.
Ketika dokter mengkonfirmasi saya menderita kanker, mama langsung mengirim doanya dan meminta saya kuat.
Menit menjelang masuk ruang operasi mastektomi beberapa waktu yang lalu, suara dan doa mama yang menenangkan saya.
Saat saya akan memulai kemoterapi dengan segala dampaknya, saya pun lagi-lagi menelpon mama dan mohon didoakan.
Ketika rambut saya rontok habis, saya menelpon mama untuk kembali minta doa agar dikuatkan
Jawaban mama selalu sama..."Iya teh, mama doain..." 
Seringkali terselip air mata dan suara mama yang tergugu saat mengucapkannya, namun senyum mama selalu ada.
Dan alhamdulillaaaah, banyak sudah doa mama yang telah dikabulkan oleh-Nya.

Tentu saja, banyak pula momen bahagia yang selalu saya bagi dan lewatkan bersama dengan mama. Apalagi selepas kepergian papa tercinta. Tak terlukiskan rasa ketika bisa menghabiskan waktu bersama mama dan mencoba membuatnya bahagia.
Tentu saja tidak mungkin kita bisa membalas semua yang sudah diberikan mama kepada kami selama ini. Semoga kami bisa menjadi anak yang bisa membahagiakan mama, di dunia dan akhirat nanti. Hanya pada-Nya, kami memohon agar Allah SWT  

Banyak pelajaran yang saya petik dari mama. 
Satu hal yang pasti, mama tidak pernah mengeluh, walaupun hidup tidak selalu penuh manis madu. Bukan sedikit tantangan yang mama hadapi dalam kehidupan keluarga kami, 
Mama bukan sosok yang cengeng, bahkan terkenal dengan kekerasan hati akan prinsip yang ia yakini benar. Riak kehidupan pun dijalani dengan keteguhan hati dan senyum, yang menjadi contoh bagi kami, anak-anaknya. Doa yang tak putus kepada-Nya menjadi bekal dalam setiap langkah kami. 

Semua karena cinta tanpa syarat dan hatinya yang seluas samudera, untuk kami anak-anaknya.
picture is taken from here

Malam itu, segera saya angkat telpon...
Kondisi badan yang drop tidak mengurangi semangat saya untuk menuntaskan rindu.
Pada satu nama yang akan selalu siap menanti di ujung sana.
Penuh doa dan cinta...
Mama.

Artikel ini diikutsertakan dalam Kontes Hati Ibu Seluas Samudera