Showing posts with label #WeTalkAboutCancer. Show all posts
Showing posts with label #WeTalkAboutCancer. Show all posts

#WeTalkAboutCancer: Chemotherapy and its impacts


Disclaimer: this is a repost of my previous note on World Cancer Day 



IT'S THE WORLD CANCER DAY!
Every 4th of February, we salute those surviving cancers, cheer those fighting it and light the memories of those who have lost their lives to cancer.
Last year, we had a special event for World Cancer Day 2016 at the United Nations
But this year, I haven't seen one at the UN.

I have come across more infographic about cancer from worldcancerday.com.
From the top 5 most frequent cancers, breast cancer stays at no. 2 after lung cancer.




 Moreover, with the trend we have now, it's likely that cancer will continue to increase :(



That's why,  in so many ways, more and more of us are touched by cancer.
Be it your dearest family members, colleagues, neighbors, or even yourself.
And your life-changing journey begins.

One of the toughest part is your road to recovery from cancer is perhaps chemotherapy.
Many of us are already disheartened when we hear this word.
Tons of questions were asked and many, most of the time, are not satisfyingly answered because this process brings different impacts to each patient.

So, what do you have in mind when you hear about chemo? 
What are the impact? How long do we have to do it? Will I be strong enough to endure it? Will I lose my hair? How can we cope from it? 
Those are some of the common questions we hear about chemo.
So, in this edition of #WeTalkAboutCancer with Yervi Hesna, we'll talk about chemotherapy.

And here's my story...

Done with Chemoteraphy?

I am :)...

Alhamdulillaaah...

It's been quite a while for me but I guess it's good to share more about chemotherapy and its impacts. I am fully aware that chemo is probably the hardest part that we have to go through while battling breast cancer. And every patient might have different regime as well. 
I happened to have doxorubicin and cyclophosphamide or famously known as AC for 4 cycle every 3 weeks, followed by Taxol and Herceptin every 2 weeks for 12 times.

It was tough indeed..
But all in all, I managed to go through it with huge helps from everyone around me.
This post is one of my personal records about the treatment, particularly the impact that I felt and am still feeling till now from the chemo.
Hope it helps..






Saya sempat cerita di posting sebelumnya kalau kemoterapi yang saya jalani memang seru :). Syukurnya satu per satu semua prosedur tersebut sudah terlewat dan sekarang saya baru selesai menjalani proses rekonstruksi payudara dan akan dilanjutkan dengan radiasi. Ceritanya menyusul yaaaa :).


Satu yang belum saya share secara details di postingan sebelumnya. 

Apa saja sih dampak kemoterapi?

For sure, the impacts of chemo are enormous. Judging from my own experience, some of those impacts even stay up until now, although I have finished my chemo months ago.

Dampak dari kemoterapi memang banyak. 
You wanna know some of them? At least, these are what I myself have experienced during my treatment..

1. Hair
It can be thinning, partial or total hair lost. And we talk about hair, that means all the hair in our body, including eyebrows and eye lashes. It's temporary, once the chemo is done, it will grow back. 
Setelah kemo AC kedua, rambut saya mulai rontok. Banyak banget..sekali rontok bisa satu genggam. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk mencukur habis rambut saya :). Daripada saya stress melihat rambut rontok ngg kira-kira, akhirnya suami pun mencukur habis rambutnya dan rambut saya di minggu kelima setelah kemo pertama saya mulai. Jadi judulnya kompakan, kompakan botak :). 




Bagi banyak penderita kanker, kehilangan rambut mungkin salah satu dampak yang efeknya sangat besar. Walaupun secara physical tidak sakit, namun secara psikologis banyak yang merasa malu, stress dan tidak nyaman saat harus kehilangan banyak atau semua rambutnya. 

My (not-so-new) hairstyle...
Frankly speaking, dokter saya berkali-kali bilang supaya saya siap dengan dampak kemo yang satu ini. Well, sesiap-siapnya kita, memang tidak gampang ketika kita harus kehilangan rambut. Apalagi buat perempuan, rambut kan bukan hanya sekedar rambut, tapi juga mahkota. Alhamdulillah, saya diberi kekuatan dan kepercayaan diri untuk berkepala botak. And I guess, it suits me fine :)


Setelah selesai dengan AC, taxol juga membuat rambut lain di badan saya pun habis berguguran. Termasuk alis dan bulu mata :). Sereeem lho ternyata kalau ngga punya alis..You look weird :). 


Tanpa alis...agak-agak gimanaa gituuu :)

Untungnya saya ikutan program Look Good Feel Better yang memang khusus diadakan bagi perempuan yang mengalami dampak berat dari kemoterapi. Seperti yang ceritakan di postingan tentang program keren ini, saya diajari dandan dan diberi satu set make-up keren-keren gratis. 
Alhamdulillaaah...memang rezeki :)

2. Intestine

Bad things like ulcers, nausea, vomiting and constipation fall under this category. 
Well, I have to say it's one of the toughest! Imagine yourself throwing up after eating or drinking anything :(. 

Bayangin aja ngg bisa makan dan minum karena bawaannya muntah meluluuu :(. Waktu hamil aja ngga gini-gini amat hehehe. Dan karena saya harus menghindari dehidrasi, mau ngga mau saya paksakan minum yang banyak. Saat kemo, air yang banyak masuk adalah jus jeruk dan air kelapa. Air putih pun perlu perjuangan, padahal di saat normal saya pecinta air putih berat. Well, untungnya ini hanya untuk 4 hari pertama setelah kemo. Dan semakin sering kita menjalani kemo, semakin banyak racun yang menumpuk di badan. Akibatnya, badan pun makin kewalahan mengatasinya. Tapi syukurnya, obat anti muntah dan mual pun makin canggih. Asal saya rutin mengkonsumsinya, efek yang satu ini bisa dikurangi.

3. Skin and nail changes
Some of the impacts include darkening and/or peeling of the skin, nail changes, particularly the color, rashes and flushing. 

Kulit saya jadi super kering dan kuku pun mengalami perubahan warna. jadi menghitam, terutama di kaki. Yang parahnya, kuku jempol kaki saya suka berdarah and I don't even feel it! Yang ada darah sudah kemana-mana dan saya baru panik setelah dikasih tau Udi atau Bo :). Well, sebenarnya sepanjang kita aware dan langsun dibersihkan tidak masalah. Things will get worse when we got the infection, so make sure you watch out..

it might look gross but this is what happen to me toe :(

4. Fatigue

Setelah kemo, saya selalu merasa capek. Capek bangeeet malah. Memang  badan rasanya ngga jelas tapi yang pasti saya gampang letih. Jalan sebentar capek, naik tanggal sedikit capek...padahal sebelumnya saya tukang jalan :). 

Gradually, I try to build up my strength again. Well, fatigue is pretty common for those experiencing chemotherapy, so I have to say I'm pretty ready with this one as well. Again my doctor told me that I have to get easy with things during chemo and for me who is so used to move around, it needs some adjustments "_". 


5. Heart

Changes in heart beat, heart failure or damage afterbeing treated with chemotherapy drugs for a long time are listed. Sounds so scarrying, right. But I make sure that my heart is constantly checked. Right now, I have ecocardiac test every 3 months.

Mudah-mudahan dampak kemo yang berkaitan dengan jantung bisa maksimal. Untungnya di sini saya juga wajib memeriksa kondisi jantung saya melalau test ecocardio setiap 3 bulan sekali

6. Infertility

This is another hard blow for me. 
Chemoteraphy has stopped my menstrual cycle.  
Yuuup... no more period. at least during the chemo, that's what my oncologist said. 
Since my 2nd round of AC, my period gradually stopped. Until now :). 
Even before, my oncologist  has specifically asked me and my husband whether we have the intention to have another child. Because if we do, I have to freeze my eggs before starting the chemotherapy. For sure, getting pregnant during the pregnancy is a big no because chemotherapy is fatal for the fetus. And since chemo causes infertility,  starting with no menstruation, I have to get myself ready with pre-menopause symptoms like hot flushes, dry skin, and pain during sexual intercourse. Well, it's a lot to bear but here I am :).

Dampak lain dari kemo adalah infertilitas alias mandul. Iya, mandul.
Sebelum saya memulai kemo, onkologist saya memang sudah beryanya secara spesifik apakah saya san suami masih berniat akan menambah anak lagi. Karena kalau iya, maka saya harus membekukan sel telur saya sebelum kemo dimulai. Well, kemo kan prinsipnya racun yang membunuh sel, makanya sangat berbahaya bagi pasien dan janin jika hamil saat kemo. Alhamdulillah, saya dan Udi telah diberi sepasang anak yang lucu-lucu, jadi kami pun memutuskan  untuk tidak membekukan  sel telur saya.  

Selain itu, kemo juga membuat saya tidak lagi mengalami menstruasi. Sejak kemo AC yang kedua, menstruasi  saya berhenti berangsur-angsur hingga sekarang. Bahkan setelah kemo selesai pun, saya masih belum mengalami menstruasi.

Again, onkologist saya bilang bahwa saya akan mengalami gejala-gejala pre-menopause. Salah satunya adalah menstruasi  yang terhenti. Well, untuk beberapa orang dampak ini ada yang bersifat sementara, ada pula yang bersifat lebih permanen.

7. Nervous System change

Tingling in fingers, toes, arms or legs, or jaw pain, muscle weakness, irritability, depression and confusion are listed as impacts of chemo on our nervous system. That's a lot, right. But the good thing is it's not always happening to one person at the same time. But this has been identified from various patients undergoing chemo.

In my case, I do have this tingling sensation in my fingers and toes. It builds up since I started Taxol and the more Taxol I have in my system, the stronger the numbness and tingling sensation I feel. Even now, after almost 2 months since my last chemo, I still feel it. My oncologist suggested me to take folic acis, vitamin B6 and Lyrica, one of the medicine targetting nerves. Well, i sincerely hope it will go away after some times. It is quite irritating that the numbness make walking, buttoning my shirts or opening jars, some of the simpel task we do everyday, chalenging. 

Dampak lain yang saya rasakan dari kemo adalah kesemutan. 
Iya, kesemutan. Tapi bukan sembarang kesemutan yang tidak lama hilang. Ini kesemutan yang agak 'permanen'. Sejak saya diberi Taxol, kesemutan di ujung jari-jari tangan dan kaki mulai terasa dan makin lama makin keras. Onkologist saya menyarankan saya untuk mengkonsumsi asam folik, vitamin B6 dan salah satu obat saraf yang dinamakan Lyrica di sini. Memang sepintas terdengar sepele, tapi kesemutan ini membuat saya merasa terganggu saat berjalan, memasang kancing baju, atau membuka tutup botol misalnya. Mudah-mudahan, seiring dengan berkurangnya dampak Taxol di dalam tubuh saya, kesemutan ini pun bisa hilang :).

8. Veins

For sure, hardening of the veins in and around area of intravenous (IV) injection will happen. with high intensity if infusion that I have to do, it will take the tolls on those veins. Moreover, in worse cases, ulcer formation, tissue damage, or discomfort in and around the area of the IV injection may occur as well.

 Karena seringnya saya diinfus selama menjalani kemo, area di sekitar pembuluh darah yang digunakan juga terkena dampaknya. Lebam membiru atau agak terasa nyeri karena infus yang lumayan lama. Untungnya, suster yang menangani saya lumayan canggih dan jarun infus yang digunakan pun cukup halus, sehingga saya tidak terlaly merasakan sakit. tapi setelah 16 kali dikemo di tempat yang itu-itu juga, mau tidak mau pembuluh darah saya pun terasa tidak nyaman.

Well, frankly, I still have a looooong list of impacts of chemotherapy here, including in our eyes, ears, mouth and lungs. I also feel some joint and bone pain. My oncologist also briefly mentioned that the chemo drugs might hit the bone marrow causing low red blood cell counts which will make us feel tired, low white blood cell counts which make us vulnarable to infection and low platelets which make us easily bleed. Again, all these impacts are unique from one another. One might feel it, while others might not. 

But in my case,  in short, all these chemo makes me  feel like I'm getting older, muuuuch older, before the time.



my big smile after a few rounds of Taxol and Herceptin :)

So, those are some of the effects that I have experienced during my 4-round of AC and  during the 12-round of Herceptin and Taxol. As I said earlier, the tingling sensation on my fingers and toes, no period and low level of energy are still lingering till now..

But again, I am still in high spirit to continue my procedures. Next, I will share my breast reconstruction procedures and radiation, that I just started yesterday :). So, I guess I will have to be back with more details :).


cheers...stay positive!

References:


NYU Hospital Center on Chemotherapy, 2014Chemotheraphy and You, National Cancer Institute, 2011


Stay tune for more on #WeTalkAboutCancer #breastcancerawareness



#WeTalkAboutCancer: Apa Itu Mastektomi?



Hi thereeee..
Kami kembali dengan #WeTalkAboutCancer, kolaborasi saya dengan Yervi Hesna, sesama penyintas kanker payudara dan blogger juga.

Untuk obrolan kami kali ini, ada MASTEKTOMI yang akan dibahas.
Yervi juga posting mengenai hal yang sama di sini: Jangan Takut Melakukan Mastektomi

Apa Itu Mastektomi?

Buat teman-teman yang tidak familiar dengan kanker payudara atau belum pernah mendengar mengenai berbagai prosedur pengobatan yang harus dilalui para penderita kanker payudara, mastektomi mungkin terdengar asing. Atau mungkin pernah mendengar cerita istilah Angelina Joli dan double mastectomy  yang ia jalani?

Well, syukur Alhamdulillaaaah jika tidak harus bersinggungan dengan mastektomi :).
Kalau boleh pilih ,saya pun tidak mau berurusan dengan mastektomi.

Tapi, again, sometimes, kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus berjuang melawan kanker payudara dan mastektomi adalah salah satu pilihan yang ada.

After being diagnosed with breast cancer in July 2014, I have choices to consider. Choices whether I would go through series of procedures or else. I was diagnosed with invasive moderately differentiated duct carcinoma with focal micropapillary features. 

As my oncologist said, they found three lumps on my right breast. In this case,  surgery is one of the most common treatments for breast cancer. Some might choose to have chemotheraphy first, then wait until the cancer cells are gone or diminish, so that they don't have undergo surgery. But ini many cases, oncologists suggest the surgery, either removing part of or the whole breast tissues, to take out all the cancer cells. 

Mastektomi adalah tindakan operasi yang mengangkat seluruh bagian/jaringan payudara yang terkena kanker.  Untuk saya yang telah ketahuan memiliki dua sel kanker  dan satu pre-cancer cell yand sudah siap berubah menjadi sel kanker di payudara kanan dan posisinya tersebar, maka mastektomi menjadi pilihan yang paling pas untuk saya. 

Selain mastektomi, ada pula metode lumpectomy , di mana operasi yang dilakukan hanya mengangkat sebatas jaringan/bagian payudara yang terdeteksi dengan sel kanker dan area sekitarnya. Jadi hanya sebagian kecil dan bagian lain payudara yang tidak terkena dapat tetap dipertahankan. 

Karena saya memiliki 3 spot kanker yang menyebar di payudara kanan, mastektomi menjadi pilihan yang saya pertimbangkan dengan serius. I have a long discussion with my oncologist about this. For me, mastectomy is the choice. Although my breast cancer is detected quite early, I have 3 spots with 2 cancer cells and 1 pre-cancer cell on my right breast.

Mungkin bagi banyak penderita kanker payudara, keputusan ini adalah keputusan yang berat. Karena payudara merupakan salah satu bagian penting yang menjadi identitas kita sebagai perempuan. Melakukan mastektomi berarti kita membuang bagian penting dari identitas diri. Selain dampak fisik yang langsung terlihat, ada dampak psikologis yang besar karena bukan tidak mungkin kehilangan payudara membuat kita merasa kurang, tidak lengkap, dan karenanya tidak percaya diri. 

Tapi saya berfikir, kalau payudara ini hanya menjadi sarang kanker, buat apa dipertahankan? 
Kalau payudara ini hanya membuat saya kehilangan kesempatan berharga untuk hidup lebih lama dan lebih sehat, buat apa saya sayang-sayang?
Kehilangan payudara tidak membuat saya berkurang kadar keperempuanannya.  
Tanpa payudara tidak membuat saya kehilangan percaya diri.
Apalagi suami juga mendukung keputusan saya untuk melakukan mastektomi dan percaya bahwa pilihan saya untuk membuang jaringan kanker yang ada di tubuh saya adalah keputusan terbaik.

Dan 3 hari setelah ulang tahun saya yang ke-37, saya menjalani operasi mastektomi.


Apa yang harus dilakukan sebelum mastektomi? 

Sebelum operasi mastektomi, ada beberapa tahapan pemeriksaan harus saya lalui, termasuk antara lain CT-scan dan MRi yang membantu mengecek apakah ada penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lainnya. Bahkan, in my case, saya sempat menjalani MRi-guided biopsy untuk payudara kiri karena dicurigai ada sel kanker juga.  Karena payudara kanan saya positif terkena kanker, saat hasil MRi sebelum operasi menunjukkan spot yang mencurigakan di payudara kiri, pihak dokter menyarankan untuk memastikan status payudara kiri saya. Bukan hanya status di Facebook aja yang perlu dipastikan :). Singkat cerita, persiapan selesai dan alhamdullillah operasi berjalan lancar.

Selesai operasi mastektomi, bagaimana rasanya?
Saya pernah share di sini: After the Mastectomy...What's Next?
Pastinya nano-nano :).
Sakit, nyeri dan tidak nyaman, namun di satu sisi saya merasa lega dan yakin bahwa keputusan yang saya buat tidak salah. Meskipun mastektomi adalah langkah awal dalam pengobatan saya, I am pretty sure I am at the right path to recovery.

Tapi yang pasti, satu pelajaran penting yang saya dapat dari proses ini adalah jangan pernah takut kehilangan. Letting go does not mean you lose. Bukan tidak mungkin apa yang hilang akan digantikan dengan yang jauh lebih baik. Dan jangan pernah lupa untuk selalu berbaik sangka pada-Nya, karena hanya skenario terbaik yang diberikan oleh-Nya :).

Stay tuned di postingan #WeTalkAboutCancer berikutnya ya.

Stay blessed and stay healthy, people!



#WeTalkAboutCancer: Breaking the News



Hello, people...

Semoga semua selalu sehat ya.
Masih di #breastcancerawareness month. Kita ngobrol soal kanker lagi yuk.

Kok... Seneng banget sih ngobrolin soal kanker? Like it was something fun to talk about.

Well.. Kanker memang selalu terdengar menakutkan. Bikin parno!

Dulu, sebelum saya divonis menderita kanker payudara, saya selalu meringis kalau mendengar kata kanker. Setelah kanker hinggap di badan saya, saya justru makin tau dan 'akrab' dengannya.

Kanker ada bukan untuk ditakuti.
Tapi untuk diperangi!

Itu sebabnya saya dan Yervi Hesna, sesama penyintas atau survivor kanker payudara, sepakat untuk ngobrol soal kanker di blog kami.

#WeTalkAboutCancer bercerita tentang seluk beluk kanker payudara yang kami alami dan pengalaman kami berjuang memeranginya. Semoga bermanfaat ya untuk teman-teman semua.

Salah satu pertanyaan yang banyak saya dapatkan adalah bagaimana perasaan saya saat pertama kali diberi tau bahwa saya menderita kanker.

Takut?
Kaget?
Sedih?
Panik?
Khawatir?
Tidak bisa menerima?
Bingung?

Atau semua di atas?

Saya sempat cerita pengalaman saya saat pertama kali mendengar kabar bahwa hasil tes mamogram, sonogram dan juga patologi saya menunjukkan bahwa saya positif menderita kanker di postingan sebelumnya.

Baca: #WeTalkAboutCancer: Berkenalan dengan Kanker 

Selesai ditelpon oleh dokter pribadi saya dan segera mengatur referral atau surat rujukan agar saya bisa segera berkonsultasi dengan onkologist, saya sempat bingung.

It took a while for me to digest the fact that I had breast cancer. Positively diagnosed with breast cancer.

The first thing I did was caling my hubby.
Breaking the news.
And I was crying... as the new realities set in.

Yang pertama saya telpon adalah suami.
Mencoba tegar saat menyampaikan bahwa hasil tes mamogram dan patologi saya jelek.
Dan saya positif menderita kanker payudara.

Saya ingat.. Saat sampaikan berita itu, rasanya masih tidak percaya. Awalnya seperti orang yang pikirannya hampa, lalu ketika sadar apa arti telpon dokter sebelumnya, saya pun menangis.

Menangis sesegukan tanpa bisa dicegah.
Entah karena takut, sedih, bingung, panik, atau kombinasi semuanya.

Untungnya Rudi, my hubby, bisa menenangkan. Meyakinkan bahwa saya bisa melawannya dan segera mencari pengobatan terbaik. Saat itu, saya memang masih blank karena belum terbayang apa yang akan saya lalui. Tapi Rudi tegaskan bahwa apapun yang terjadi, saya harus fokus pada pengobatan dan 

he's always be there for me :)

Sebelum Rudi menjemput saya dari kantor, saya pun memutuskan untuk segera memberitahu atasan saya, Duta Besar Desra Percaya, saat itu.

Dan lagi, saya tidak kuasa menahan tangis saat menyampaikan berita yang sama. 
Rasanya sedih dan juga khawatir dengan masa depan yang akan saya jalani. Meskipun belum memahami dengan jelas semua prosedur yang harus saya tempuh selama pengobatan, namun saat itu yang terbayang oleh saya adalah kemungkinan yang terburuk.

Begitu pula saat saya menelpon mama di Lampung dan menyampaikan berita ini. Air mata kembali tumpah, namun dengan diiringi doa agar saya kuat menghadapi ujian ini, meskipun jauh dari orang tua dan keluarga besar.

And that's not even the hardest one.

Breaking the news to my kids proved to be the hardest.
Their innocent faces and inquiring eyes felt like an arrow to my heart.
When they said:"Are you going to die, ma?" with watering eyes, I could only hug them tightly and gathered myself, saying that I promised to fight it with all my power. 
Promising to ask the Almighty for extra energy, spirit and faith to combat cancer.

That's when I know deep down inside that I would never give up!

my kids are my source of energy to fight!


Saat bicara dengan anak-anak, saya mencoba untuk jauh lebih tegar.
Dan itu tidak mudah.
Pertanyaan mereka yang polos justru membuat saya semakin sedih, termasuk saat Bo bertanya apakah saya akan meninggal karena sakit saya ini. Bersama suami, kami jelaskan bahwa penyakit yang saya hadapi tidak mudah dan akan ada beberapa perubahan serta penyesuaian di rumah. Saya memang segera bersiap untuk mastektomi tak beberapa lama setelah hasil tes saya keluar dan kemoterapi setelah cukup kuat pasca mastektomi.

let's fight it..

Saya dan suami sepakat memberitahu anak-anak tentang kanker yang saya derita.
Saya mau mereka tau saya sakit dan akan ada masa di mana saya perlu istirahat dan tidak bisa mendampingi mereka seperti biasa. 
Dan saya juga ingin mereka membantu saya berjuang, melawan kanker di tubuh dan kembali pulih.

And I was so resolved...entering my new battlefield with so much hopes and high in spirit!
To fight cancer and to stay healthy!

Nantikan cerita kami selanjutnya dalam #WeTalkAboutCancer :)




#WeTalkAboutCancer: Berkenalan dengan Kanker



Well, postingan saya kali ini merupakan hasil collaborative blogging dengan sesama pejuang dan survivor kanker payudara, mba Yervi Hesna. Khusus di bulan Oktober, kami akan mengusung tema #wetalkaboutcancer #breastcancerawareness #finishthefight #togetherwecan.

Semoga bermanfaat ya teman-teman...

Stay healthy and be grateful, beautiful people!


*****

"Are you feeling okay?"

Dr. Amber Guth, salah satu onkologist ahli kanker payudara di New York University Langone Hospital memegang pundak saya seraya memandang saya lekat.

"I am not, doc. But I know I will make it through all the procedures!" jawab saya yakin meski dengan rasa sesak di dada.

Kami baru saja berdiskusi panjang lebar tentang kanker payudara yang hinggap di tubuh saya.

Seminggu sebelumnya, dokter pribadi saya di NYC, Dr. Josephine Julian, menegaskan bahwa dari hasil sonogram, mamogram dan biopsi, saya positif menderita kanker payudara. 

11 Juli 2014.

Saya, Indah Nuria Savitri, penderita kanker payudara.

Predikat baru yang saya benci!

Satu benjolan kecil di payudara kanan saya ternyata menjadi petunjuk adanya 2 benjolan lainnya di payudara yang sama. Ada satu sel yang dicurigai di payudara kiri, namun ternyata, setelah rangkain pemeriksaan yang sama, hanya kalsifikasi.




Jangan ditanya bagaimana rasanya saat Dr. Julian menelpon saya di tengah salah satu sidang PBB yang tengah saya hadiri to break the news.

Awalnya, saya sempat bilang pada dokterku tercinta itu bahwa saya akan telpon kembali setelah meeting saya selesai. Bayangkan! Sempet-sempetnya saya meminta dokter untuk tidak mengganggu pertemuan saya :(. Duh, Gusti.
Untungnya, dokterku tetap keukeuh untuk meminta waktu sebentar saja dan menyampaikan bahwa hasil semua tes yang saya lakukan positif menunjukkan bahwa saya mengidap kanker payudara. 

I fully understood why she wanted to tell me as soon as she could because we were racing with time!

Segera sesudah Dokter Julian menyampaikan kabar yang menyentakkan itu, beliau langsung sampaikan rujukan agar saya segera berkonsultasi dengan Dr. Amber Guth, salah satu onkologist pertama di NYU Hospital yang mendedikasikan ilmu dan penelitiannya untuk kanker payudara. One of the best oncologists in town!

Satu hal yang selalu saya syukuri adalah saya berkesempatan untuk menjalani pengobatan di NYC. It was indeed a huge difference. Selain memang sebagian besar biaya pengobatan ditanggung asuransi (ada biaya out-of-pocket yang saya keluarkan tapi besarannya tidak seberapa dibanding seluruh fasilitas yang saya terima dan prosedur yang harus saya jalani). mungkin memang sudah takdir darinya bahwa saya diberi kesempatan untuk tinggal di negara baru dan menjalani rangkaian pengobatan kanker di sini.

Dan perjuangan saya pun dimulai.

Hampir semuanya saya share di sini :)

Read : And I'm a fighter




Saya menderita kanker payudara stadium 2.
Hanya di sisi kanan, DCIS, ER+.

Saat menerima kabar bahwa saya positif mengidap kanker,  it was like having thunderstruck in the middle of the day!

Tapi saya ingat, semua ini tidak untuk disesali.
The cancer is here already and we have to fight it!

Mengenai kanker itu sendiri, apa pemicunya dan penyebab utama, serta beberapa informasi dasar yang kita perlu tau mengenai kanker payudara pernah saya tulis di sini.

Read : Early Detection...as easy as 1,2,3

Meskipun tidak mudah dan setiap orang memiliki problematika maupun kondisi dan situasi yang berbeda, tapi saya mau share apa saja yang harus kita lakukan saat kita positif didiagnosa menderita kanker.

1. TETAP TENANG

Mungkin ini yang paling sulit. 
Untuk bisa tetap tenang dan berpikir jernih saat vonis kanker jatuh. 
Saya tidak munafik..saya pun panik dan sedih luar biasa saat menerima kenyataan ini.
Yang terbayang di depan mata adalah anak-anak dan keluarga saya.

What will happen to me next? 
Will I die soon? 
Bagaimana dengan pengobatan? Bagaimana dengan biaya yang dibutuhkan? 
Apakah saya harus operasi? 
Bagaimana dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang saya miliki?

Ada banyak pertanyaan dan beban mental yang hinggap. 

Been there, done that!
Tapi semakin panik kita, semakin berat pula proses pengobatan yang akan kita jalani.
Selain itu, jika kita tidak bersemangat, maka pengobatan pun tidak akan berjalan efektif. 

Cancer can happen to anyone, including me and you, but life must go on.

Saya pun melewati masa-masa sedih dan sempat menyalahkan diri sendiri, namun alhamdulilah Yang Kuasa memberikan ketenangan dan berbagai kemudahan bagi saya untuk berikhtiar agar sembuh. Justru karena saya tenang, semangat ingin sembuh membuncah, karena saya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga tercinta dan tidak akan menyerah pada kanker. 

Saat kita tenang, kita bisa mempertimbangkan semua pilihan yang ada, kondisi kita saat ini, maupun rencana ke depan yang harus segera disusun seiring dengan pengobatan yang akan kita jalani.Ini semua akan membantu kelancaran semua proses yang akan kita jalani.

2. FOKUS PADA PENGOBATAN

Seringkali kita menyalahkan diri sendiri saat suatu penyakit hinggap di tubuh.
Makan sembarangan, tidak pernah olahraga, hidup stress, keturunan dan lain sebagainya menjadi kambing hitam. Atau kita akan sibuk mencari penyebabnya. Dan bahkan berburuk sangka dengan Yang Kuasa.

I know...I have been in that situation as well. And once you feel it, don't let this negative feeling drown you.

Again, memang tidak mudah dan sah saja jika kita sedih, panik, takut, stress bahkan frustasi saat tau kita mengidap kanker. But again, jangan lupa bahwa kita semua ingin sembuh. Ingin mengenyahkan sel kanker dari tubuh kita.

Karenanya kumpulkan semangat, terus ikhtiar dan berdoa, fokus pada pengobatan.
3.PERTIMBANGKAN SEMUA PILIHAN YANG ADA

We do have choices!
Hidup memang ladang pilihan, termasuk ketika kita divonis menderita kanker. 

Penting bagi kita untuk mempertimbangkan semua pilihan yang ada sesuai dengan kondisi yang kita hadapi.

Jujur saja... Setelah saya positif menderita kanker payudara, saya langsung dipaparkan pada berbagai pilihan.

Apakah saya siap dioperasi?
Kapan saya akan melakukan operasi?
Apakah saya memilih mastektomi atau lumpektomi?
Apakah saya mau melakukan breast reconstruction?
Apakah saya mau menjalani kemoterapi?
Apakah saya siap dengan segala resikonya, termasuk tidak lagi bisa memiliki keturunan?
Apakah saya kuat menjalani radiasi?
Apakah saya bisa mendapat izin dari kantor selama pengobatan?
Apakah suami dan anak-anak saya siap dengan segala resiko yang saya hadapi?
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk berobat?
Berapa lama pengobatan harus saya jalani?
Apakah ada pengobatan alternative?

Itu hanya sebagian kecil pertanyaan dan pilihan yang saya miliki. Belum lagi urusan memilih dokter, Rumah Sakit, fasilitas pemeriksaan, jadwal operasi, prosedur pra-operasi, asuransi, permintaan referal dan lain sebagainya.

Overwhelming!

But again, one thing for sure, listen to yourself! Yakinkan diri bahwa kita tau pilihan yang terbaik untuk diri sendiri. 
Tentu saja keluarga dan teman bisa membantu kita mengambil keputusan, namun kita yang akan menjalani hampir semua prosedur pengobatan itu.

Pertimbangkan semua pilihan yang ada, termasuk mengenai biaya dan juga waktu yang kita miliki.
4. SECOND OPINION

Second opinion bisa membantu kita menetapkan pilihan dan yakin dengan penyakit yang kita derita. Sudah menjadi kebiasaan yang lumrah jika kita meminta second opinion dari dokter ahlinya. Sah saja kok... Kan kita memang berniat mencari yang terbaik.

Saat saya dalam tahap persiapan operasi dan pasca operasi di NYC, beberapa hasil tes termasuk patologi dikirim ke institusi lain untuk peer review, semacam perbandingan dan memintakan pandangan dari ahli lainnya. Correct me if I'm wrong karena saya tidak terlalu paham istilah yang dipakai namun praktik ini menjadi semacam second opinion yang membantu kita memahami penyakit yang kita derita.
5. CARI TAU, KENALI KANKER

They said you have to keep your friends close but you need to keep your enemies  even closer.

Kanker adalah musuh saya, karenanya saya harus kenal dia dengan baik!

Saya lumayan giat mencari Informasi mengenai kanker payudara yang saya derita.

Ada banyak sekali informasi bermanfaat yang bisa kita dapat, termasuk mengenai persiapan, saat pengobatan dan prosedur, serta sesudahnya.
Aneka booklet, flyers maupun informasi terbuka di internet banyak tersedia.
Saya pun bergabung di banyak support group dan kelompok survivor yang membantu saling menguatkan dan share informasi serta pengalaman.

Gali informasi sebanyak mungkin.
Jangan pernah takut atau sungkn bertanya, sekecil atau seremeh apapun hal tersebut. Dengan dokter, radiologist, suster, ahli patologi, teman-teman sesama survivor, social workers... Dan mereka yang memang ahli di bidangnya. Lebih baik tau dan mendapat informasi dari ahlinya daripada kita menduga-duga atau mendengar "katanya...." dari orang lain yang belum tentu tepat.

Bagi saya, semakin banyak kita tau, semakin kita siap mental, lahir dan batin dalam menjalani proses pengobatan ini.

6.STAY POSITIVE

Stay positive!
Stay positive!
Stay positive!

That's my magic mantra :).

Semangat dan selalu berpikiran positif akan selalu membantu proses pengobatan yang akan dijalani. Bahkan bukan hanya bagi penderita kanker saja.

Tidak mudah memang, tapi kita bisa!
Mampu tetap menjaga api semangat untuk sembuh dan menjalani segalanya dengan niat kuat untuk sembuh.

Bisa dibilang, salah satu rahmat terbesr dari-Nya adalah semangat tinggi yang saya miliki untuk sembuh dan cinta serta dukungan dari orang-orang tercinta. Anak-anak, suami, orang tua dan keluarga besar adalah sumber kekuatan terbesar untuk terus bangkit dan berjuang untuk sembuh.

I want to have more birthdays!
I want to see my kids grow up!
I want to contribute more to this world!

I have to fight it!

Yakin dan percaya bahwa kita bisa sembuh.
Bahwa semua yang kita jalani merupakan skenario terbaik dari-Nya.

Dan sekarang, Oktober 2016, setelah perjuangan panjang sejak Juli 2014, saya bisa tetap tersenyum lebar, bersyukur tanpa henti untuk nikmat-Nya, dan berjuang untuk hidup lebih sehat.

Saya, Indah Nuria Savitri, survivor kanker payudara!