Bo et Obi's Diary: Di atas ada Allah, di samping malaikat...

"Di atas ada Allah, di samping malaikat...
Di depan Rasulullah, mari kita berdoa.."

Pagi itu, saya dan Obi menyanyikan lagi di atas...well, sambil menggerakkan tangan sesuai dengan syair lagu...Pertama tangan ke atas, lalu ke samping, kemudian ke depan dan terakhir menegadahkan tangan untuk berdoa, diawali dengan Al-fatihah...

Hari itu, Obi resmi menjadi murid PAUD Anggrek yang hanya berjarak 3 rumah dari kediaman kami.

Alhamdulillaaah...

Setelah beberapa bulan terakhir ini Obi rajin 'ngintip malu-malu' kegiatan di PAUD Anggrek, akhirnya anak perempuan kecilku ini bisa bergabung. Salah satu syaratnya memang berusia minimal 3 tahun, jadi pas dengan usi Obi sekarang.

Untungnya, pada saat bersamaan, mama Bo et Obi masih cuti..yaaaay...
Jadi bisa nganterin Obi deeh..

dateng-dateng langsung main puzzle..her favorite..


Dan, unsurprisingly, Obi pun malu-malu untuk berinteraksi dengan teman-teman baru dan guru-gurunya.  Padahal, 5 menit sebelum kelas untuk anak-anak di bawah 4 tahun dimulai, Obi hebooh bermain di luar dan (lagi-lagi) mengintip ke dalam kelas yang saat itu masih berisi anak-anak di atas usia 4 tahun. Walhasil, mama Bo et Obi duduk manis di dalam kelas dan ikutan nyanyi :D. Dua hari pertama (pas dengan cuti saya), Obi masih minta ditemani, walaupun di hari kedua, saya berhasil duduk di luar (tapi teuteup harus keliatan Obi :D) saat kelas sudah setengah jalan.

tuuuh...masih tegang bangeeet :D..

mengenal huruf...


Masa belajar di PAUD Anggrek memang pendek. Hanya 1 jam.


Biasanya diisi dengan gerak dan lagu di setengah jam pertama (bagian favorit mama Bo et Obi :D), dilanjutkan dengan latihan ketrampilan lainnya seperti menggambar, menggunting, dan menempel di setengah jam berikutnya.





Selain itu, anak-anak juga dibiasakan membereskan mainan, meja lipat, dan perlengkapan belajar yang sudah dipakai...


hari kedua sudah mau ditinggal :D..

bareng bunda Ika


Tak lupa diawali dan ditutup dengan doa. Seperti yang saya nyanyikan di atas..


Saya langsung ingat waktu Bo memulai fase yang sama di jardin d'enfants (setara dengan PAUD di Indonesia) L'arc-en-ciel di Swiss.

Dalam seminggu pertama, jadwal anak-anak dan kami, orang tua anak baru, sudah diatur sedemikian rupa.


Bo and his gank :D


Di minggu pertama, hari pertama dan kedua, kelas akan dilaksanakan selama 1 jam. Orang tua boleh ikut di dalam kelas.
Hari ketiga hingga kelima di minggu pertama, orang tua boleh menunggu, tapi di luar kelas.
Minggu kedua dan seterusnya, belajar akan dilaksanakan selama 2 jam dan orang tua tidak boleh lagi menunggu di dalam kelas, maupun di area jardin d'enfants. Jadi hanya mengantar dan menjemput.



Bahkan kalau anak kita menangis, guru-guru tetap menyuruh orang tua untuk pulang lho. Mereka akan meyakinkan kedua orang tua bahwa anak-anak tidak apa-apa, they're in good hands, dan pintu kelas ditutup :D..Tuh, saklek banget yaaah...


bareng Anouck in parents' day...



Hebatnya, semua ini telah diatur dan diinformasikan kepada seluruh orang tua murid dalam selebaran yang diberikan 2 minggu sebelum kelas dimulai. And they stick to that :D...

Yang diajarkan kebanyakan ketrampilan sehari-hari agar bisa mandiri...seperti pipis sendiri alias potty training (banyak yang masih pakai pampers karena mulai usia 2 tahun sudah bisa gabung), makan sendiri, buka baju dan pakai sepatu, sikat gigi, membereskan mainan...juga mewarnai, mengenal huruf, menggunting dan menempel. Plus manners...mengucapkan terima kasih, meminta sesuatu dengan sopan, meminta tolong, mengucapkan salam, tertib di kelas....Tambahan lagi, di saat break, anak-anak diperkenalkan dengan makanan sehat. Jadi cemilan yang disediakan sekolah antara lain, wortel, petites pois atau green peas, dan buah-buahan seperti jeruk, pir, strawberries, dan teman-temannya. Ngga ada jajanan ataupun tukang jualan di seputar jardin d'enfants.

Sebelum masuk sekolah, kami berdua diwawancara.
Baik di Indonesia maupun di Swiss. Yah, sebenarnya diajak ngobrol, mengenai kebiasaan anak di rumah, anak sudah bisa apa aja. Tapi ada perbedaannya juga. Formulir yang harus kami isi di Swiss panjaaang banget, karena pertanyaannya lumayan details. Selain informasi dasar, banyak informasi tambahan termasuk kebiasaan anak makan, suka buah apa, sayur apa, buah dan sayurnya makannya dipotong besar, kecil atau dijuice. Juga alergi apa aja, dan boleh diberi obat ngg kalau di sekolah (biasanya hanya obat ringan seperti penurun panas sambil menunggu orang tuanya menjemput).

These, I didn't find here...walaupun bukan berarti tidak diperhatikan yaaaa.

Kalau saya melihat,  secara umum apa yang dipelajari di pendidikan dini di tanah air maupun di Swiss ada kemiripan. Ketrampilan praktis, tata krama,  pengembangan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual diajarkan, walaupun tentu dengan metode yang berbeda. Juga, ketrampilan berkomunikasi, bersosial dan berimajinasi (ini yang penting) menjadi bagian utama dalam pendidikan dini ini.

Cuma ya karena budaya yang berbeda, banyak hal-hal prinsip yang juga berbeda. Misalnya, di sana panggil guru tercinta dengan nama depan, yang menunjukkan kedekatan. Di sini, Pak dan Bu  (atau Bunda waktu di TK dan PAUD :D) tidak boleh ketinggalan saat memanggil mereka. But don't get it wrong. Meski tanpa embel-embel, bukan berarti anak-anak tidak hormat pada guru maupun yang lebih tua. Selain itu, tidak ada seragam-seragaman, anak-anak bebas menyesuaikan.  Dan this is what I like best..anak-anak memiliki sesi 'imajinatif' alias bebas mau jadi apa ajaa...dan gurunya bener-bener dengerin dan bantuin. Misalnya: Bo mau jadi truk (kok truk sih naaak ...:D), maka Patricia, Monique, dan Anouck (guru-guru Bo), juga ikut menjadi truk, bergaya seperti truk, berbunyi seperti truk, termasuk parkir lama dan jalan pelan-pelan. Biasanya, anak-anak lain sekelas juga diajak untuk melakoni yang sama. Sekali saya dengar gurunya bercerita salah satu teman Bo ingin jadi pampers :D...yang ada sekelas bingung huahahaha...

Satu lagi catatan saya adalah soal disiplin. Iya, disiplin.
Sepertinya, di sini, kita cenderung lebih 'lembut' dan pengertian' saat mengajarkan anak-anak akan disiplin. Misalnya, kalau anak nangis karena orang tuanya di luar kelas, mereka boleh masuk kelas dan tunggu di dalam supaya anaknya tenang. Kalau anak-anak tidak membantu membereskan mainan mereka, guru akan mengingatkan tapi yah akhirnya mereka juga yang membereskan. Di sana, guru lumayan saklek. Walaupun anak nangis ngejer2  di awal sekolah, orang tua tetap dipersilahkan pulang dan minta anaknya ditinggal.  Selesai bermain, anak-anak diminta membereskan mainan hingga selesai, mereka yang sudah lari keluar duluan, dipanggil gurunya untuk mengembalikan mainan ke keranjang. Yah, memang contoh yang sederhana, tapi dampaknya lumayan untuk anak-anak. Demikian pula untuk tas, sepatu, bahkan troitinette (tricycle) yang dipakai anak-anak, semua harus dikembalikan ke tempatnya. Dan makanan harus dihabiskan. Setiap hari, guru akan tempelkan gambar makanan yang akan dinikmati saat break, jadi anak-anak tau apa yang akan dimakan. Jika mereka tidak begitu suka, maka ambil makanannya secukupnya, supaya benar-benar dihabiskan.

Saya bukan ingin membanding-bandingkan dan bilang bahwa pendidikan di luar Indonesia lebih baik. Tidak. Bukan itu maksud mama Bo et Obi. Ini hanya catatan kecil dari observasi saya terhadap proses belajar dua anakku. Semua ada plus dan minusnya. Yan pasti, pendidikan agama tidak diajarkan saat Bo sekolah di Swiss, karena memang negara itu sekuler banget. Ini elemen penting yang missing di sanaDan di sini, sekolah dimulai dan diakhiri dengan berdoa. Alhamdulillah....

Well, I sincerely hope Bo et Obi truly enjoy their school days...
For always...


10 comments:

  1. iya mba....lagi sukaaaa banget main puzzle...dibawa ke mana-mana terus ;D...

    ReplyDelete
  2. Obi keren ..... aku suka rambutnya .... hehhehheee

    Thanks sharingnya mbak ... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mba Astri ...iya, mirip mamanya lhooo :D hihihi..

      Delete
  3. Sistem pendidikan usia dini baik di Indonesia maupun di luar negeri terutama di Swiss seperti yang mak Indah contohkan, memiliki sisi positif dan negatifnya. Namun kita di Indonesia sebaiknya bisa belajar dr sisi positif pendidikan di luar negeri. Misalnya memperbanyak materi tentang "manner" sejak dini agar ke depan generasi muda Indonesia semakin baik..
    Terima kasih mak indah atas sharingnya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba...dan semua dimulai dari hal sederhana, tapi bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari...mudah0-mudahan sistem pendidikan kita juga lebih baik ya mba...

      Delete
  4. mengajarkan kedisiplinan sejak kecil biar menjadi kebiasaan di masa dewasa

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul Joe...mudah-mudahan kita bisa selalu mengajarkan disiplin dengan menjadi contoh yang baik ya...

      Delete
  5. haloo Bo dan Obi, salam kenal yaa.. ^^ kalian cute deehh..*cubit gemes*
    dimana pun sekolahnya pasti ada lebih n kurangnya ya mak..
    ngajarin disiplin ke anak kecil kalo di indonesia malah suka dibilang terlalu keras, padahal di luar negeri disiplin udah diajarin sejak dini ya mak..

    ReplyDelete
  6. Benarkah Allah diatas ? anak saya di RA juga diajarkan begitu.
    Dimana Allah swt sebelum ada atas dan bawah, dan sebelum diciptakan alam semesta, langit dan bumi ini ?

    ReplyDelete

Welcome! Thanks for visiting My Purple World. I am delighted to have you all here in my blog.
If you like what you read, feel free follow this blog through the button on the right side of the blog and hope you can leave some comments too. Nevertheless, all comments with direct links will be deleted.

Terima kasih sudah mampir ke blog aku ya. Selamat menikmati dan semoga suka. Komentar akan sangat dihargai, tapi link hidup dan spam akan langsung saya hapus ya.

Happy Blogwalking and enjoy 😘